22 Januari 2009

ANTIKOAGULAN PADA LANSIA

Rio Herdyanto, Jatno Karjono

Awal abad ke-21 terdapat lebih banyak lansia yang hidup di bumi ini, dan peningkatannya merupakan yang terbesar yang pernah dicapai dalam sejarah. Proporsi penduduk Amerika Serikat dengan usia 65 tahun ke atas diproyeksikan akan meningkat dari 12,4% (35 juta) populasi pada tahun 2000 menjadi 19,6% (71 juta) pada tahun 2030 serta akan meningkat menjadi 82 juta penduduk pada tahun 2050. Menurut prediksi serta laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan oleh “Bureau of the consensus USA 1993” menyebutkan bahwa periode tahun 1990 sampai 2025, jumlah lansia Indonesia akan mengalami peningkatan tertinggi di seluruh dunia yaitu sebesar 414%. Sebagai perbandingan : Kenya 347%, Brazilia 225%, India 242%, China 220%, Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33%.

Penyakit kardiovarkuler merupakan penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas pada lansia, dan obat-obatan kardiovaskuler banyak sekali digunakan pada populasi ini. Seperti telah diketahui bahwa beberapa obat kardiovaskuler mempunyai rentang terapi yang sempit pada lansia, oleh karena itu penggunaannya memerlukan pengetahuan tentang perubahan fisiologis terkait dengan meningkatnya usia, efek penyakit penyerta yang dapat merubah farmakodinamik serta farmakokinetik obat kardiovaskuler serta pengetahuan adanya interaksi obat.

Antikoagulan oral terbukti efektif dalam mencegah tromboemboli arteri pada pasien-pasien dimana factor kardiak berpotensi sebagai sumber tromboemboli, seperti pada pasien dengan atrial fibrilasi, post operasi ganti katup mitral dengan mechanical prosthesis atau infark miokard dengan aneurisma. Indikasi pemberian antikoagulan oral pada lansia sangat sering karena peningkatan prevalensi penyakit tersebut di atas. Myasaka dkk. memperkirakan prevalensi atrial fibrilasi adalah 13,5% pada usia di atas 75 tahun dan meningkat 18,2% pada usia di atas 85 tahun pada tahun 2020.

Naskah lengkap disini


16 Januari 2009

Pengumuman

PASKALERS yang terhormat, dimohon kehadirannya untuk mengikuti kuliah Prof.Djoko mengenai rehabilitasi pada penyakit jantung, pada:
hari : Senin, 19 Januari 2009
waktu : seusai morning report.
Mohon untuk disampaikan ke teman-teman lainnya

Terima Kasih

Kabar Gembira

Ada beberapa kabar gembira mengenai teman-teman kardio:
1. Alhamdulillah, kakak-kakak yang baru saja menempuh NBOE berhasil melaluinya dengan hasil terbaik. Selamat buat dr. Margono, dr.Suryono, dr. Budi Satrio, dr. Tri, dr. Saskia, dan dr. Andriyanto yang telah lulus dalam ujian tersebut. Mudah-mudahan ujian selanjutnya juga dapat dilalui dengan sempurna, dan menjadi SpJP yang berguna bagi masyarakat.

2. Ada dua keponakan PASKALER yang baru saja lahir, yaitu EZE, putra kedua dari dr. Emile, dan VANYA, putri pertama dr. Rerdin. Semoga menjadi anak yang sehat-sehat selalu, cerdas, berguna bagi masyarakat juga.

demikan kabar gembira ini, mudah-mudahan kabar gembira selalu menyertai teman-teman kardio:-)

Salam!

10 Januari 2009

TERAPI NON-FARMAKOLOGIS PADA FIBRILASI ATRIAL


Tri Astiawati, Budi Baktijasa


Fibrilasi atrial (Atrial Fibrillation, AF) merupakan aritmia yang sering dijumpai dan berhubungan dengan mortalitas dan mortalitas yang tinggi 1. Prevalensi AF semakin meningkat bersamaan dengan peningkatan populasi usia lanjut dan insiden penyakit kardiovaskular. Saat ini AF mengenai 2,2 juta individu di Amerika Serikat dan diperkirakan akan meningkat 2,5 kali pada tahun 2050. Jumlah tersebut dibawah angka sesungguhnya karena banyak kasus yang asimptomatik 2. Di Inggris lebih dari 46 ribu kasus baru didiagnosa setiap tahunnya. Pada penduduk usia > 50 tahun, prevalensi meningkat 2 kali tiap dekade 3 .
Fibrilasi atrial berkaitan dengan terjadinya 5 kali peningkatan kejadian tromboemboli, gagal jantung, penurunan kualitas hidup , penurunan produktivitas kerja, hospitalisasi dan tingginya biaya perawatan kesehatan 2,4. Berkisar 36% dari seluruh penderita stroke usia 80-89 tahun disebabkan oleh AF . Dibandingkan dengan populasi dengan irama sinus didapatkan 1,5-1,9 kali peningkatan peningkatan terjadinya kematian pada penderita dengan AF 2,3. Sehingga penanganan AF merupakan tantangan bagi seorang kardiologi dan penemuan strategi penanganan terbaik sangatlah penting 2.
Terapi farmakologi masih merupakan terapi utama pada penanganan AF, meliputi obat-obatan anti aritmia yang mempunyai efek blokade nodus AV untuk mengontrol respon ventrikel atau konversi ke irama sinus, antikoagulan dan obat-obatan yang dapat mempertahankan irama sinus untuk mencegah rekurensi AF (upstream therapies) 2,5. Obat antiaritmia memiliki keterbatasan efikasi dan terjadinya efek samping sehingga memacu berkembangnya terapi non-farmakologi sebagai alternatif modalitas terapi AF untuk mempertahankan irama sinus dengan efek samping yang lebih kecil 2 . Pada pasien-pasien yang refrakter, tidak dapat mentoleransi atau kontraindikasi terhadap terapi farmakologi, maka terapi nonfarmakologi dapat memberikan manfaat baik digunakan sendiri atau kombinasi dengan terapi farmakologi 1 .
Makalah ini membahas beberapa modalitas terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan pada penanganan pasien dengan AF.

Naskah lengkap disini

04 Januari 2009

Selamat Berjuang!

Keluarga PASKAL mengucapkan:

Selamat berjuang untuk kakak-kakak kami yang tercinta, yang akan menghadapi ujian NBOE pada hari rabu, 7 Januari 2008 : dr. Margono, dr.Suryono, dr.Budi Satrio, dr.Tri, dr.Saskia, dr.Andrianto
semoga ujiannya lancar dan sukses, tanpa hambatan sedikit pun. Amin..

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini