15 Juni 2009

ARTERIA KORONER INTRAMIOKARDIAL (INTRAMYOCARDIAL CORONARY ARTERY = MYOCARDIAL BRIDGING)

Infan Ketaren, Budi S. Pikir

Arteri koroner yang normal terletak pada permukaan epikardial jantung, dikelilingi oleh lemak epikardial, sedangkan Arteria Koroner Intramiokardial (intramyocardial coronary artery = myocardial bridging) adalah anomali kongenital arteri koroner yang terjadi saat segmen arteri koroner atau cabang utamanya berjalan melalui miokardium dengan panjang bervariasi dan muncul kembali kepermukaan jantung. Arteri yang berada di dalam miokardium disebut arteri terowongan (“ tunneled artery”), dan arteri ini merupakan abnormalitas anatomi nonaterosklerosis dari arteri koroner.
Arteria Koroner Intramiokardial merupakan hal yang tidak umum yang didapatkan secara kebetulan pada diagnostik rutin angiografi koroner. Arteria Koroner Intramiokardial pertama kali disebutkan oleh Reyman pada tahun 1737, kemudian oleh Black tahun 1805, sementara itu analisis pertama secara postmortem dilaporkan oleh Geiringer pada tahun 1951.1,2,3,4 Portmann dan Iwig pertama kali melaporkan gambaran angiografi dari stenosis sementara pada segmen left anterior descending (LAD) arteri koroner saat sistolik di tahun 1960, dan implikasi klinik kelainan ini masih terus diperdebatkan selama 30 tahun terakhir ini.


Naskah lengkap disini

14 Juni 2009

MANIFESTASI KARDIOVASKULER PADA PENDERITA HIV

Setiati Widyaningrum, Rochmad Romdoni

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh seseorang sehingga dalam jangka waktu tertentu menimbulkan sekumpulan penyakit yang disebut Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Hingga kini diperkirakan infeksi yang disebabkan oleh HIV mengenai 42 juta orang di dunia. Sedangkan di Indonesia, sampai akhir tahun 2005 diperkirakan infeksi HIV dan AIDS telah mencapai angka 90.000-130.000 kasus (Nasronudin, 2007). 
Tahun 1996 merupakan tahun pembatas sejarah infeksi HIV dengan ditemukannya antiretroviral (HAART – Highly Active Antiretroviral Therapy). Antiretroviral diklasifikasikan berdasar cara kerjanya menjadi Reverse Transcriptase Inhibitors yang terdiri dari NRTIs (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors) dan NNRTIs (Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors); Protease Inhibitors (PIs); Entry Inhibitors yang terdiri dari Fusion Inhibitors dan Coreceptor blockers, dan yang terakhir adalah Integrase Inhibitors. HAART memberikan perbaikan yang signifikan terhadap serangan infeksi, peningkatan survival dan perbaikan kualitas hidup individu. Namun hal ini menyebabkan terjadinya perubahan ke arah penyakit kronis dan memunculkan komorbiditas lain seperti hipertensi, kelainan metabolisme dan percepatan aterosklerosis, termasuk penyakit jantung koroner (Hajjar, 2005). 

Naskah lengkap disini

12 Juni 2009

Penderita Pentalogy Of Fallot Yang Mengalami Abses Serebri

Yusra Pintaningrum, Agus Subagjo

Pentalogy of Fallot (POF) merupakan penyakit jantung kongenital sianotik (Congenital Cyanotic Heart Disease /CCHD) , salah satu varian dari Tetralogy of Fallot (TOF). Kelainan ini pertama kali dideskripsikan pada tahun 1672 oleh Niels Stensen, dan disempurnakan oleh seorang dokter dari Prancis, Etienne-Louis Arthur Fallot pada tahun 1888. Frekuensi TOF di Amerika Serikat sebanyak 5 % dari sekitar 800 ribu dengan penyakit jantung kongenital pada dewasa. Beberapa abnormalitas mengikuti terjadinya TOF, termasuk arkus aorta kanan pada 25 % penderita TOF dan anomali arteri koroner sebanyak 10%. Jika TOF bersamaan dengan defek septal atrium maupun patent foramen ovale maka dinamakan POF, yang terjadi pada 10% penderita TOF.
Salah satu komplikasi dari terjadinya penyakit jantung kongenital adalah abses serebri, dimana insidennya bervariasi antara 5 sampai 18,7 %. Pada beberapa studi, 50% diantaranya terjadi pada penderita berumur kurang dari 10 tahun.4,5,6 Meskipun perbaikan teknik pencitraan, pembedahan, dan penatalaksanaan medik dengan perkembangan antibiotik terbaru, angka mortalitas untuk abses serebri berkaitan dengan CCHD berlanjut sampai 13% bahkan pada era computed tomographic (CT).5 Data di RS dr. Soetomo menunjukkan bahwa antara tahun 1970-1985, sekitar 20 % penderita TOF meninggal karena abses otak.

Naskah lengkap disini

EFUSI PERIKARD MALIGNAN DARI KARSINOMA TIROID ANAPLASTIK

EFUSI PERIKARD MALIGNAN DARI KARSINOMA TIROID ANAPLASTIK

Infan Ketaren, Jatno Karjono

Kejadian efusi perikard malignan yang berasal dari proses malignansi neoplasma masih jarang, meskipun lebih sering kejadiannya dibandingkan dengan tumor jantung primer, penyebab dari efusi perikard malignan itu sendiri melibatkan beberapa tumor primer seperti karsinoma paru, karsinoma mamma, limfoma maligna, leukemia, dan melanoma. Metastasis yang melibatkan jantung biasanya timbul pada stadium terminal dalam perkembangan dari penyakit keganasannya,yang dihubungkan dengan penyebaran yang luas dari tumor tersebut, dan umumnya diagnosa melalui otopsi.
Karsinoma tiroid anaplastik merupakan satu dari keganasan yang paling agresif pada manusia, dengan angka harapan hidup dalam hitungan bulan. Dimana insidensi penyakit ini 2 per juta per tahun, merupakan keganasan yang jarang dimana angka kejadiannya 1.6% dari seluruh kanker tiroid. Sedangkan metastasis pada karsinoma ini mengenai yang paling sering adalah paru-paru, diikuti oleh tulang, kulit, otak, jantung, dan metastasis intraabdomen pernah dilaporkan. Pada penelitian di Mayo Klinik, metastase paru didiagnosis pada 45% pasien dan ke tulang 12%.


Naskah lengkap disini

10 Juni 2009

LEFT VENTRICEL NON-COMPACTION

Achmad Yusri, Budi Susetyo Pikir

Left ventricle non compaction ( LVNC ) merupakan salah satu jenis dari kardiomiopati. Berdasarkan klasifikasi kardiomiopati yang dirancang olehWHO pada tahun 1995, LVNC dimasukkan sebagai ‘ unclassified cardiomyopathies’. Klasifikasi ini mengundang banyak ketidakpuasan, karena hal ini berarti menunjukkan kekurangpahaman para ahli tentang LVNC dan keterbatasan kemampuan dan piranti dalam mendiagnosisnya. 1,2
LVNC sendiri terjadi karena kelainan morfogenesis yang berakibat kegagalan dalam pemampatan trabekular dalam menyusun myocard. Pada penderita biasanya didapatkan gambaran pada satu atau lebih segmen dari ventrikel kiri, dengan ciri-ciri banyaknya rongga-rongga yang tersusun diantara trabekular. Uniknya trabekular sisi bagian dalam terbungkus oleh endothel dan membentuk saluran-saluran yang terhubung ke endokardium ventrikel. Pemeriksaan 2-dimensi ekokardiografi mampu menditeksi kelainan ini. Jenni dkk merekomendasikan kriteria diagnosis berdasar ekokardiografi dalam mendiagnosis LVNC. 1,2 

Naskah lengkap disini

Ginjal dan Hipertensi pada Kehamilan

Gusti Rifansyah

Para ahli ginjal telah lama tertarik pada perawatan wanita hamil berkaitan dengan pre eklampsi, penyebab paling umum dari hipertensi pada kehamilan mengarah pada penyakit ginjal. Sebagai tambahan, perubahan-perubahan yang tidak biasa dalam kardiovaskular dan fungsi ginjal yang muncul selama kehamilan telah membuat kagum pemeriksa klinis. Sebuah apresiasi dari perubahan dramatis ini pada fungsi ginjal dan hemodinamik diperlukan pada perawatan wanita hamil dan pengertian dari perubahan yang dibawa oleh kehamilan memberikan wawasan pada mekanisme fisiologis pada kondisi tidak hamil. Makalah ini berisi perubahan-perubahan pada sistem kardiovaskular dan fungsi ginjal selama kehamilan, dengan perhatian khusus pada perubahan-perubahan yang muncul bersama perkembangan hipertensi dan pre eklampsia. 

Baca lengkap  disini

08 Juni 2009

TAKIARITMIA : Apa dan Bagaimana Penatalaksanaannya ?

Yusra Pintaningrum, Budi Baktijasa

Obat antiaritmia merupakan kelompok produk farmasi yang digunakan untuk melambatkan irama yang terlalu cepat dan mengkoreksi denyut jantung tidak teratur (aritmia kardiak), seperti fibrilasi atrial (atrial fibrillation / AF), gelepar atrial / GA (atrial flutter), takikardia ventrikuler (ventricular tachycardy / VT), dan fibrilasi ventrikuler (ventricular fibrillation / VF) Obat antiaritmia dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama dalam pencegahan kematian mendadak pada penyakit jantung struktural.
Lebih dari 400 tahun yang lalu, Paracelcus menulis “obat dapat menjadi suatu bahan yang tersembunyi, suatu racun, atau obat tergantung bagaimana menggunakannya dan dosis yang diberikan”. Pernyataan ini terutama berguna untuk obat antiaritmia, yang secara potensial menjadi efek toksik saat diresepkan pada pasien yang tidak tepat. Kebanyakan obat anti aritmia memiliki indeks terapeutik yang relatif sempit. Jika diresepkan dengan bijaksana, maka memiliki peran kunci untuk memperpanjang hidup penderita. Namun, jika obat atau regimen dosis tidak tepat, mengakibatkan efek pro aritmia sampai aritmia. Jadi, penggunaan optimal dari terapi obat anti aritmia tergantung dari pemahaman farmakodinamik dan farmakokinetik dari tiap obat anti aritmia.

Naskah lengkap disini

SEORANG PRIA MUDA DENGAN EFUSI PERIKARDIUM MASIF: PROBLEM DIAGNOSTIK

Musnidarti, Budi Baktijasa

Efusi perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang perikardium. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, lokal atau idiopatik. Cairan tersebut dapat berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau hemoperikardium. Efusi perikardium bisa akut atau kronis, dan lamanya perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap gejala-gejala pasien (Strimel W, 2006).
Efusi perikardium pada pasien dengan kanker lanjut merupakan hal yang biasa namun bila terjadi akan menjadi masalah berat. Berdasarkan pemeriksaan post mortem, metastase kardiak terjadi pada 2,3% - 18,3% subyek dengan keganasan. Perikardium adalah tempat paling sering terjadi metastase kardiak ( 69,4 %). Keganasan paling sering melibatkan perikardium adalah karsinoma paru, payudara, limfoma, ovarium, lambung , prostat. Medary dkk melaporkan insiden lebih tinggi terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan rasio 7:3. Efusi terkait keganasan dapat menyerang semua umur. (Venugopalan P , 2006; Bussani, 2007). 

Naskah lengkap disini

RESISTENSI INSULIN PADA GAGAL JANTUNG

Nyimas Maida Shofa, Djoko Soemantri

Pada beberapa tahun terakhir, resistensi insulin dikenal sebagai faktor utama resiko penyakit kardiovaskuler dan telah mencapai tingkat epidemi di negara Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Sebagai tambahan, IR berkaitan dengan faktor-faktor lain seperti hipertensi, dislipidemia, dan gangguan metabolik yang berperan sebagai faktor resiko cardiovaskuler pada penderita dengan IR (Walcher, 2004).
Seseorang dengan kelompok faktor resiko seperti obesitas, impaired fasting glucose (IFG), hipertensi, HDL rendah, dan TG yang tinggi dikenali sebagai sindrom metabolik yang merupakan dasar dari resistensi insulin. Sindroma metabolik dan resistensi insulin merupakan faktor-faktor yang selanjutnya akan berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler (Meigs, 2007).
Meskipun antagonis neurohumoral telah berhasil menurunkan angka mortalitas dan morbiditas gagal jantung, namun angka kecacatan dan tingkat kematian pada penderita tersebut masih tinggi. Walaupun abnormalitas dari metabolisme otot jantung berhubungan dengan gagal jantung, dari data terbaru menyatakan bahwa gagal jantung dapat menimbulkan perubahan metabolik seperti resistensi insulin yang sebagian besar disebabkan oleh aktivasi neurohumoral (Ashrafian, 2007). 
Naskah lengkap disini

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini