27 Januari 2010

KARDIOMIOPATI AKIBAT OBAT

Sofia Elisjabet Rumbino, Budi S Pikir

Obat-obatan dapat menyebabkan efek samping yang buruk dimana salah satunya adalah drug-induced cardiac toxicity. Pada tahun 1961-1992 di Prancis, Jerman, the United Kingdom, dan the United States telah ditarik kembali penggunaan 131 produk obat karena menyebabkan toksisitas, dimana 10 dari 131 produk obat tersebut menyebabkan toksisitas kardiovaskular, termasuk kardiomiopati.1
Kardiomiopati adalah kelompok penyakit yang pada awalnya mempengaruhi muskulus jantung dan bukan akibat dari kelainan kongenital, acquired valvular, hipertensi, arteri koroner, atau kelainan perikardial. Kardiomiopati dapat terjadi akibat adanya defek genetik, injuri pada miosit kardiak, atau infiltrasi pada jaringan miokardial, sehingga kardiomiopati terjadi akibat gangguan baik pada elemen seluler jantung khususnya miosit kardiak, maupun akibat proses eksternal seperti deposisi bahan-bahan abnormal kedalam matriks ekstraselluler.2,3
Kardiomiopati secara tradisional dibagi atas (1) dilatasi (karakteristiknya diawali oleh pembesaran ruang ventrikel dan berkurangnya performance kardiak, (2) hipertrofi (karakteristik diawali oleh penebalan, hipertrofi dinding ventrikel dan bertambahnya performance kardiak), dan (3) restriktif (karakteristiknya diawali oleh penebalan, kekakuan dinding ventrikel yang menghalangi pengisian diastolik dari ventrikel; performance sistolik kardiak biasanya normal). Klasifikasi terbaru dari kardiomiopati yang diajukan oleh An American Heart Association Scientific Statement panel, dimana dalam klasifikasi ini kardiomiopati dibagi menjadi penyebab primeir dan sekunder. Tipe primeir, terdiri dari penyakit muskulus jantung dengan keterlibatan miokardium yang lebih menonjol dan atau penyebabnya tidak diketahui; sedangkan tipe sekunder, terdiri dari penyakit miokardial dengan penyebab yang diketahui atau berhubungan dengan penyakit sistemik.

Naskah lengkap disini

26 Januari 2010

INTRA ARTERI TROMBOLITIK PADA ISKEMIA TUNGKAI AKUT

Mohammad Budiarto, Yudi Her Oktaviono

Penyakit acute limb ischemia (ALI) telah menjadi problem utama dalam dunia kesehatan karena masih kurangnya perhatian, pengetahuan dan kesadaran akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh ALI. ALI mempunyai angka resiko kematian dan angka amputasi (kehilangan salah satu extremitas tubuh ) yang cukup tinggi karena ALI mempunyai penyakit komorbid yang berasal dari coroner artery disease (CAD) atau cerebro vascular disease (CVD) yang juga mempunyai angka kematian yang tinggi.6,1
Data di Inggris dan Wales menyatakan bahwa ALI telah menyerang hampir 5000 pasien tiap tahunnya dengan angka kematian sebesar 20 % dan kehilangan salah satu ekstremitas bagian tubuh sebesar 40 %. National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) mengatakan dengan bertambahnya ≥ 70 th, prevalensi ALI meningkat hampir 3 - 4 kali lipat. Faktor resiko terjadinya ALI berhubungan dengan hiperlipidemia, diabetes mellitus, hipertensi, hiperviskositas dan merokok.8,11
Kurangnya perhatian dan kewaspadaan pada penderita ALI dapat menyebabkan bertambah tingginya angka kematian dan amputasi sehingga diperlukan deteksi dini atau identifikasi awal dari ALI serta penanganan cepat agar dapat menurukan angka kematian dan amputasi. ALI sendiri adalah suatu keadaan dimana terjadi penyumbatan pembuluh darah arteri secara tiba-tiba yang menyebabkan gangguan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan antara aliran darah dan oksigenasi pada otot skeletal dan jaringan sekitarnya, sehingga mengancam viabilitas ekstremitas. Untuk itu diperlukan tindakan melancarkan kembali aliran darah dan oksigenasi jaringan, maka cara mengatasinya adalah dengan menghilangkan daerah penyumbatan tersebut sebelum batas waktu ( golden period ) terlampaui. 1,8,11
Pada saat ini telah banyak digunakan alat-alat deteksi dini yang non invasif sampai invasif dan pengobatan atau tindakan intervensi dengan resiko minimal pada ALI. Pada tinjauan pustaka ini kita akan membicarakan penanganan ALI yang di utamakan pada tindakan intra arteri trombolitik

Naskah lengkap disini

12 Januari 2010

Perkembangan Pemeriksaan Ekokardiografi Pada Hipertensi Pulmonal: Current and Future Aplications

R. Moh. Budiarto, Agus Subagjo

Hipertensi pulmonal (Pulmonary Hypertension / PH) adalah kondisi klinis yang ditandai oleh peningkatan tekanan arteri pulmonal rata-rata (mean pulmonary arterial pressure / MPAP) dan gagal jantung kanan. PH adalah penyakit yang kompleks dan pada stadium lanjut akan menyebabkan penurunan kualitas hidup hingga kematian. Pada stadium dini, gejala dan tanda PH seringkali tidak spesifik sehingga luput dari diagnosa. Akibatnya penderita tidak mendapat penanganan medis yang semestinya dan harus mengalami segala dampak buruk dari PH.1,2
Ekokardiografi sebagai modalitas diagnostik noninvasif sangat berperan pada diagnosa, monitoring dan prognosa penyakit hipertensi pulmonal. Walaupun memiliki keterbatasan, beberapa aspek ekokardiografi sangat menolong dalam penilaian dan manajemen jangka panjang pasien dengan PH.3 Dalam tulisan ini akan dibahas berbagai aspek pengukuran ekokadiografi dan penggunaannya pada manajemen pasien.

Naskah lengkap disini

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini