20 Juli 2008

Diagnosa dan Terapi Infark Ventrikel Kanan

M.Yusuf Suseno, Budi Susetyo Yuwono

American Heart Association(AHA) dalam guideline ACC/AHA untuk ST-Elevation Myocardial Infarction (STEMI) tahun 2004 membahas right ventricular infarction (RVI) secara khusus. Hal ini karena sifat khas dari RVI, yang dari beberapa segi berbeda dengan infark ventrikel kiri, sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda, bahkan mungkin bertolak belakang.
Secara epidemiologi, RVI biasanya memang hanya menyertai infark inferior. Pada suatu seri otopsi pada pasien yang meninggal akibat infark inferior, RVI ditemukan antara 14 hingga 60 %.7 Sedangkan populasi yang semata mengalami RVI kurang dari 3 %, dan RVI yang menyertai infark dinding anterior hanya berkisar 13%.4 
Meskipun frekuensinya tidak sering, tetapi ternyata keberadaan RVI sangat mempengaruhi prognosis. Analisa tentang RVI dari studi Collaborative Organization for RheothRx Evaluation (CORE) tahun 2001 menyatakan bahwa RVI dihubungkan dengan tingginya kematian (odds ratio [OR] 3.2), syok (OR 3.2), ventrikel takikardia atau fibrilasi (OR 2.7) dan atrioventrikular blok (OR 3.4). Peningkatan resiko ini disebabkan semata karena keterlibatan infark ventrikel kanan, dan tidak tergantung luasnya kerusakan ventrikel kiri.14 Karena itu pengenalan dini dari RVI sangatlah penting untuk mengurangi mortalitas dan komplikasi. Infark inferior dengan disertai RVI memiliki angka mortalitas mencapai 25%-30%, sedangkan bila infark inferior tanpa RVI hanya 6%.
RVI sangat penting untuk dikenali karena tingkat mortalitas dan komplikasi yang cukup tinggi, tetapi dengan tata laksana yang berbeda, bahkan pada beberapa hal bertolak belakang dengan penatalaksanaan disfungsi ventrikel kiri.Guidelines ACC/AHA untuk STEMI tahun 2004 menyatakan pemberian obat yang rutin diberikan pada infark ventrikel kiri seperti nitrat harus digunakan sangat hati-hati pada RVI karena dapat mengurangi preload dan menyebabkan hipotensi berat.

RVI pun pada beberapa kondisi juga memerlukan terapi yang khas. Pada sebuah studi didapatkan bahwa nitric oxide inhalasi, obat yang bekerja sebagai vasodilator pulmonal, dapat memperbaiki kondisi hemodinamik pada pasien dengan infark ventrikel kanan yang mengalami syok.

Naskah lengkap disini

PRIMARY PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION PADA INFARK MIOKARD AKUT

Ronald TM Panggabean, Jeffrey D Adipranoto

Tanggal 15 September 1977 merupakan hari yang bersejarah bagi dunia kedokteran karena pada saat itu Dr. Roland Andreas Gruentzig dari Austria untuk pertama kali berhasil melakukan tindakan PTCA untuk memperbaiki perfusi koroner seorang penderita dengan stenosis berat di proximal left anterior descending artery. Sejak saat itu terapi intervensi bagi penderita penyakit jantung koroner mengalami kemajuan yang pesat. 
 Walaupun demikian dalam era 1990-an tindakan PTCA rutin setelah terapi trombolitik dipandang tidak perlu bahkan berbahaya karena 3 randomized trial besar (TAMI, TIMI II-A, European Cooperative), yang khusus dirancang untuk menyelidiki nilai PTCA rutin setelah trombolisis, menunjukkan hasil yang mengecewakan. Namun penggunaan PTCA tanpa didahului terapi trombolitik atau primary PTCA tetap menarik perhatian para ahli. Hasil penelitian Hartzler dkk di Kansas City dianggap sebagai pelopor dalam menunjukkan feasibility dari tindakan primary PTCA. Bersamaan dengan itu, Brodie di Greensboro, North Carolina. Dan O’Neill dan Grines di Royal Oak, Michigan, menyimpulkan bahwa pengujian primary PTCA sebagai modalitas reperfusi masih belum mencukupi (inadequate). Ketiga kelompok ini bergabung dan membentuk kelompok PAMI study. Kelompok ini bersama dengan peneliti dari kelompok Zwolle dan Mayo Clinic menerbitkan hasil dari randomized trial besar pertama yang membandingkan primary PTCA dengan terapi trombolitik pada tahun 1993. Trial ini menunjukkan keuntungan primary PTCA atas terapi trombolitik dan menegakkan primary PTCA sebagai suatu strategi reperfusi yang sah.

Naskah lengkap disini


Penggunaan Diuretika Pada Usia Lanjut Dengan Gagal Jantung

Uun Unaedi, RP. Soeharsohadi
Dengan adanya pertambahan usia, maka akan terjadi penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisik, baik tingkat seluler, organ, maupun sistem karena proses penuaan. Penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas .
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada usia lanjut, dan obat kardiovaskular merupakan obat yang menentukan dalam populasi ini. Obat kardiovaskular mempunyai efek terapetik yang sempit pada usia lanjut hal ini menyebabkan tingginya kejadian efek samping dari penggunaan obat ini pada usia yang lebih tua. 
Untuk menghindari efek yang tidak diharapkan dari penggunaan obat kardiovaskular maka perlu pemahaman dan pengetahuan tentang perubahan fisiologis yang terkait dengan usia, interaksi antar obat, efek penyakit penyerta yang merubah farmakokinetik dan farmakodinamik obat kardiovaskular terutama diuretik 
Naskah lengkap di :http://www.filefactory.com/file/cc4dda/n/Penggunaan_Diuretika_Pada_Usia_Lanjut_Dengan_Gagal_Jantung_doc
Slide lengkap di : http://www.filefactory.com/file/656aa9/n/Penggunaan_Diuretika_Pada_Usia_Lanjut_Dengan_Gagal_Jantung_ppt

EMBOLI PARU

Rike Andy Wijaya, Mohammad Yogiarto
Pulmonary Embolism (PE) adalah keadaan yang sudah umum, yang mempunyai potensi komplikasi yang fatal dan serius akibat pembentukan trombus didalam sirkulasi vena. Diperkirakan didapatkan lebih dari 600.000 pasien setiap tahunnya di US, mengakibatkan 50.000-200.000 kematian dan menduduki urutan ketiga penyebab kematian diantara pasien rawat inap ( Chesnut,2001; Wood K.E, 2002 ). Diagnosis PE sering terlewati oleh karena gejala-gejala dan tanda-tandanya yang tidak khas. Sepertiga diantara penderita yang masih bertahan hidup akan meninggal oleh karena episode serangan berikutnya. Kebanyakan penderita akan meninggal beberapa jam setelah onset .Pada penderita yang masih bertahan hidup emboli ulangan dan kematian dapat dicegah dengan diagnosa dan terapi yang tepat
Naskah lengkap di : http://rapidshare.com/files/130863019/EMBOLI_PARU.doc.html
Slide lengkap di : http://rapidshare.com/files/130868483/EMBOLI_PARU.ppt.html

PERANAN VASA VASORUM PADA VULNERABLE PLAQUE

Ronald T.M. Panggabean, Iswanto Pratanu

Istilah vulnerable plaque dipakai sebagai sinonim dari istilah high-risk plaque, thrombosis-prone plaque, thin-cap fibroatheromas (TCFA), unstable plaque dan disrupted plaque. Istilah ini merujuk kepada suatu plaque yang berada pada risiko yang tinggi untuk menimbulkan trombosis dan progresi lesi.

Vasa vasorum (selanjutnya disebut VV) terdiri dari arteri-arteri kecil yang masuk ke dinding vaskuler dari permukaan abluminal (vasa vasorum eksterna) atau dari permukaan luminal (vasa vasorum interna) dan kemudian menyebar ke outer media. Vasa vasorum vena mengalirkan suatu jaringan kapiler/venule yang terletak di sekeliling outer media ke dalam vena dekat dengan arteri. Pada manusia, pembuluh darah dengan ketebalan dinding kurang dari 29-cell layers biasanya tidak mempunyai vasa, dan pada umumnya pembuluh darah dengan diameter lumen kurang dari 0,5 mm (semua pembuluh darah normal pada tikus dan pembuluh darah intramiokard pada manusia) tidak mempunyai vasa vasorum. Pada pembuluh darah yang lebih besar difusi solute ke media dari lumen disuplementasi oleh vasa vasorum

Naskah lengkap disini

TERAPI HOLISTIK PADA ARITMIA KEHAMILAN

Suryono, Jatno Karyono
Aritmia merupakan keadaan yang sering kita temukan dalam praktek sehari hari, keadaan ini sering memerlukan pengobatan segera untuk menghindari terjadinya komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Diketahui bahwa gender ikut mempengaruhi munculnya aritmia. Laporan menyebutkan wanita lebih mudah mengidap aritmia, kejadian ini lebih sering ditemukan selama kehamilan dan akan meningkat bila ada kelainan struktur jantung sebelumnya
Penalaksanaan aritmia pada kehamilan tentunya berbeda dengan wanita pada umumnya, pengobatan tidak hanya terfokus pada ibu tetapi mempertimbangkan juga kondisi janin dan usia kehamilan sehingga klinisi dihadapkan pada suatu pilihan untuk menentukan kapan dan terapi apa yang aman untuk ibu dan janin
Naskah lengkap di : http://rapidshare.com/files/130869479/TERAPI_HOLISTIK_PADA_ARITMIA_KEHAMILAN.doc.html
Slide lengkap di : http://rapidshare.com/files/130870828/TERAPI_HOLISTIK_PADA_ARITMIA_KEHAMILAN.ppt.html

SIRKULASI KOLATERAL KORONER

Triadhy Nugraha, Iswanto Pratanu

Penyakit jantung koroner (PJK) sebagai salah satu manifestasi penyakit kardiovaskular hingga kini masih merupakan penyebab kematian terbesar pada berbagai negara di dunia. Penanganan PJK dengan strategi revaskularisasi baik perkutan maupun pembedahan untuk menurunkan angka mortalitas, morbiditas, dan kecacatan tidak selalu dapat diterapkan pada semua penderita khususnya dengan kondisi aterosklerosis berat. Strategi revaskularisasi alternatif lain perlu dikembangkan untuk mengendalikan gejala dan memperbaiki kondisi PJK yang sudah lanjut. Strategi yang cukup ideal ialah mendorong pertumbuhan coronary collateral circulation atau sirkulasi kolateral arteri koroner (selanjutnya disingkat SKK) yang berperan sebagai bypass atau jalur pintas vaskular alami

TERAPI ABLASI KATETER PADA ATRIOVENTRICULAR NODAL REENTRANT TACHYCARDIA

Endah Dewati, Budi Baktijasa
 
Ablasi kateter adalah prosedur yang dilakukan untuk memperbaiki gangguan irama jantung. Sejak diperkenalkan pada awal tahun 1990-an, terapi ablasi kateter telah meningkat pemakaiannya dalam penatalaksanaan SVT, berdasarkan pada efikasi dan keamanan bila dilakukan di center dengan klinisi yang berpengalaman. Ablasi bisa dilakukan dengan frekuensi radio (radiofrequency catheter ablation/RFCA) dan cryothermal energy. Target ablasi kateter pada AVNRT adalah slow-pathway di regio posteroseptal annulus trikuspid. Dengan angka keberhasilan lebih dari 95%, komplikasi serius tidak lebih dari 0,2%, komplikasi AV block tidak lebih dari 1%, dan angka kekambuhan 3-7%, maka saat ini ablasi menjadi pilihan terapi jangka panjang pada AVNRT simtomatis.Pemakaian ablasi cryothermal mempunyai keefektifan yang sama dan mengurangi risiko AV block, meskipun studi yang membandingkan kedua pendekatan ini masih kurang.
Naskah lengkap di : http://www.filefactory.com/file/42ad58/n/TERAPI_ABLASI_KATETER_PADA_AVNRT_doc
Download slide di : http://www.filefactory.com/file/746a90/n/CATHETER_ABLATION_THERAPY_OF_AVNRT_ppt

APOPTOSIS KARDIOMIOSIT

Mekanisme dan Implikasi pada Terapi Masa Depan Gagal Jantung

Rio Herdyanto, R. Mohammad Yogiarto

Proses terjadinya kehilangan miosit pada gagal jantung terbukti berkaitan erat dengan proses apoptosis atau kematian sel yang terprogram dari otot jantung. Apoptosis sebenarnya merupakan aspek penting dalam perkembangan organ dan regulasi seluler serta berperan dalam berbagai kondisi fisiologis maupun patologis. 
Untuk dapat mengidentifikasi target terapi gagal jantung, sangatlah penting dalam memahami jalur apoptosis. Pembatasan hilangnya kardiomiosit dengan menghambat apoptosis merupakan implikasi yang penting dalam pendekatan terapi gagal jantung. Tinjauan pustaka ini akan membahas jalur apoptosis serta pilihan terapi yang berbasis pada apoptosis sebagai terapi masa depan gagal jantung
Naskah lengkap disini
download slide di : http://rapidshare.com/files/130861748/CardioMyocyte_Apoptosis_.ppt.html

Elevations of the Cardiac Troponin Without the Presence of Acute Coronary Syndrome

Ragil Depios,Iswanto Pratanu
Unexplained troponin elevations are very rare, may cause confusion for diagnosis & treatment.
Troponins > reflects irreversible myocardial necrosis
Abnormal Tn value in various conditions (not ACS)
In ER: the most important DDx of troponin   acute pulmonary embolism (APE) and pericarditis-myocarditis
Download slide at :http://rapidshare.de/files/40035909/Elevations_of_the_Cardiac_Troponin_Without_the_Presence_of_Acute_Coronary_Syndrome.ppt.html

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini