24 Februari 2011

SEORANG PENDERITA WANITA MUDA DENGAN DUGAAN CARDIAC SINDROMA X


Dian Fajarwati, Rochmad Romdoni

Istilah “Syndrome X” pertama kali diperkenalkan oleh Harvey Kemp pada tahun 1973 atau “ Cardiac Syndrome X” istilah yang lebih dikenal kemudian untuk membedakan kondisi ini dengan metabolic “syndrome X” yang saat ini lebih dikenal dengan metabolic syndrome. Nyeri dada tipikal dan perubahan ST segmen yang mengarah pada iskemia myokard pada penderita dengan hasil angiografi koroner yang normal dikategorikan dalam cardiac syndrome X .1

Cardiac syndrome X (CSX) adalah kondisi heterogen yang meliputi mekanisme patogenesis yang bervariasi. Diagnosis CSX berdasar pada adanya tipikal angina pectoris yang dipicu beban latihan , iskemia sementara selama latihan ( ST depresi > 1 mm ) atau saat istirahat dan hasil angiografi menunjukkan arteri koroner normal. Sebagian penderita ini mengalami penurunan respon vasodilatasi mikrovaskuler koroner. Penurunan cadangan aliran darah koroner pada banyak kasus berkaitan erat dengan disfungsi endotel . Istilah “microvascular angina” telah digunakan untuk menggambarkan penderita dengan nyeri dada dan hasil angiografi koroner normal yang mengalami penurunan cadangan aliran darah koroner. Penderita dengan spasme arteri koroner , hipertensi sistemik, hipertrofi ventrikel kiri dan penyakit katup jantung dikeluarkan dari kriteria diagnosis syndrome X. Di samping itu, gambaran nyeri dada yang tipikal dan ST depresi hanya sebagian kecil dari iskemia myokard yang dapat ditunjukkan pada penderita CSX.2,3

Sekitar 20-30 % penderita dengan nyeri dada angina menunjukkan hasil angiografi koroner normal. Beberapa ahli menganggap hal tersebut cukup sebagai dasar diagnosis CSX, maka CSX ini dikenal memiliki batas diagnosis yang lebar. Bagaimanapun , penyebab CSX belum ditetapkan dengan meyakinkan dan definisinya masih kontroversial. Beberapa literatur menyebutkan bahwa wanita pre-menapause cenderung berkembang pada CSX. Faktanya beberapa peneliti secara eksklusif meneliti populasi wanita tetapi penelitian CSX yang lain tetap mempertimbangkan variasi proporsi wanita .4 CSX lebih banyak dijumpai pada wanita daripada pria dan observasi pada wanita dengan CSX sering pada wanita menapause dan menderita gejala insufisiensi ovarium . Hal ini sesuai dengan teori defisiensi estrogen yang berperan pada patogenesis sindroma X. Dan pemberian estrogen eksogen mempunyai implikasi terapi pada wanita dengan CSX.2

Manajemen penderita dengan CSX cukup sulit dan penuh tantangan, dan hal ini terbukti dengan intervensi terapi dalam spektrum luas yang telah dikemukakan oleh para ahli selama lebih dari 25 tahun. Tidak adanya kesepakatan definisi untuk CSX , mekanisme patogenesis yang bervariasi bertanggung jawab terhadap kondisi dan kriteria diagnosis yang digunakan oleh peneliti yang berbeda memberi kontribusi manajemen terapi yang menyulitkan. Meskipun angka kelangsungan hidup jangka panjang tidak terpengaruh, gejala yang dialami sangat mengganggu dan penderita dengan CSX mempunyai kualitas hidup yang kurang baik. Sebagian besar penderita mengalami nyeri dada yang berulang dan memerlukan perhatian medis dalam jangka panjang.3

Berikut ini dilaporkan suatu kasus seorang wanita muda yang diduga menderita Cardiac syndroma X .

Naskah selengkapnya disini

PENATALAKSANAAN KEHAMILAN PADA KELAINAN JANTUNG DENGAN SHUNT


Dian Fajarwati, Budi S. Pikir

Meskipun penyakit jantung kongenital masih jarang, terjadi hanya 0,5 % to 0,8 % dari semua kelahiran hidup, masih membahayakan sistem kardiovaskuler bayi. Saat ini kemajuan operasi jantung pada anak-anak telah memberikan kesempatan anak dengan penyakit jantung mencapai usia dewasa. Status fungsional wanita dengan penyakit jantung kongenital mungkin normal saat menjelang hamil, perubahan sistem kardiovaskuler saat hamil dapat merubah kondisi secara dramatis.

Kehamilan sendiri dapat menjadi beban sirkulasi terutama karena beban volume yang memberi pengaruh yang signifikan terhadap kondisi kesehatan ibu. Dalam menghadapi sequelae sebanyak 2491 penderita dengan penyakit jantung kongenital, 11 % mengalami gagal jantung, aritmia, dan kejadian kardiovaskuler lain selama masa kehamilan. Di mana komplikasi tersebut cukup serius. setelah koreksi atau adanya defek yang belum dikoreksi , dapat menjadi beban yang mengganggu kesehatan baik ibu maupun janinnya. Suatu studi terakhir menyatakan

Bentuk yang paling serius adalah kasus yang berkaitan dengan hipertensi pulmonal seperti sindroma Eisenmenger dimana berisiko tinggi menjadi penyebab kematian ibu. Bentuk kompleks dari penyakit jantung sianotik yang terbanyak adalah Tetralogy of Fallot. Akhir-akhir ini baru diketahui bahwa anak yang dilahirkan dari ibu dengan penyakit jantung kongenital meningkat risiko terjadinya kelainan jantung. Perawatan optimal pada wanita hamil dengan penyakit jantung kongenital paling baik dilakukan oleh tim yang terdiri dari cardiologist, obstetrician-perinatologist, obstetric anesthesiologist.

Naskah selengkapnya disini

ARITMIA PADA PPOK DAN TATALAKSANANYA


Samsuri, RP. Soeharsohadi

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) mendefinisikan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) sebagai penyakit yang dapat diobati dan dicegah dengan beberapa efek ekstra pulmonal yang memberi kontribusi keparahan penyakit. Perkembangan baru berpendapat bahwa PPOK lebih dari sekedar penyakit paru semata, ada bukti bahwa PPOK merupakan penyakit sistemik dengan berbagai efek pada organ termasuk sistem kardiovaskuler. Relevansi klinis menunjukan bahwa penyebab utama rawat inap dan mortalitas PPOK adalah kardiovaskuler. Beberapa kelainan kardiovaskuler yang terkait dengan PPOK adalah hipertensi pulmonal sekunder, penyakit jantung iskemik, kor pulmonale dan aritmia.

Aritmia supra-ventrikuler dan ventrikuler sering terjadi pada penderita PPOK. Insiden yang dilaporkan sangat bervariasi karena perbedaan populasi penelitian (misalnya, penderita PPOK stabil atau PPOK eksaserbasi akut), ada atau tidaknya kegagalan ventrikel atau penyakit jantung yang mendasari, metode yang digunakan untuk merekam aritmia (elektrokardiogram tunggal atau EKG yang mencatat 24 jam terus menerus), dan obat-obatan yang digunakan dalam managemen terapinya, misal teofilin, digoksin atau agonis beta-adrenergik.

Menurut Buch dkk, aritmia ditemukan sebesar 84% pada penderita PPOK stabil yang rawat jalan, 72% dengan aritmia ventrikuler dan 52% dengan aritmia supra-ventrikuler.4 Fuso dkk mengevaluasi 590 penderita PPOK eksaserbasi akut, mendapatkan bahwa fibrilasi atrium dan aritmia ventrikel merupakan prediktor independen terjadinya kematian, selain usia penderita dan perbedaan tekanan O2 di alveoli dan arteri (AaDO2).

Pembahasan pada makalah ini akan dititikberatkan pada faktor-faktor yang dapat mencetuskan terjadinya aritmia pada penderita PPOK dan penatalaksanaannya.

Naskah selengkapnya disini

ARITMIA PADA KEHAMILAN


Rerdin Julario, Dyah Prihatini

Fisiologi kardiovaskuler wanita hamil akan mengalami perubahan yang dramatis selama kehamilan. Perubahan-perubahan hemodinamik yang terjadi pada kehamilan normal berupa peningkatan cardiac output, volume darah dan penurunan resistensi perifer sesuai dengan umur kehamilan.

Pada kehamilan normal dapat terjadi aritmia namun kejadian ini jarang terjadi. Apabila tidak didapatkan penyakit jantung yang mendasari maka biasanya bersifat ringan dan dapat ditoleransi dengan baik. Meskipun prevalensi penyakit jantung terbatas hanya 0,5 sampai 1,0 persen dari wanita hamil, namun yang terpenting adalah dapatkah terjadi morbiditas dan mortalitas maternal, serta menyebabkan efek yang signifikan pada fetus.

Prevalensi terjadinya aritmia pada kehamilan tidak diketahui dengan pasti. Yang paling sering terjadi adalah atrial ectopy dan ventrikel ectopy sekitar 50-60% dari wanita hamil. Selain itu studi yang terbaru melaporkan terjadinya takikardi supraventrikel selama kehamilan antara 1,5 sampai 3,0 persen pada wanita dengan penyakit jantung. Copeland dan Stern melaporkan bahwa pada wanita hamil yang sehat dapat terjadi blok AV derajat dua tipe I ( Weckenbach) dan dapat juga ditemukan kondisi blok AV total.

Mekanisme terjadinya aritmia selama kehamilan belum diketahui dengan pasti diduga adanya faktor aritmogenik pada kehamilan yang menimbulkan aritmia. Faktor-faktor yang dapat memicu aritmia selama kehamilan dan persalinan, termasuk diantaranya efek elektrofisiologis jantung secara langsung dari hormon, perubahan tonus otonom, gangguan hemodinamik selama kehamilan, hipokalemi dalam kehamilan, dan penyakit jantung yang mendasari.

Penanganan aritmia selama kehamilan harus mempertimbangkan efek samping dari obat-obatan terhadap ibu atau janin yang dikandungnya. Diharapkan terapi antiaritmia yang digunakan tidak menyebabkan komplikasi pada kehamilan dan aman, serta ditoleransi baik oleh janin yang dikandungnya.

Untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang perubahan fisiologik pada sistim kardiovaskuler selama kehamilan, gejala dan tanda yang menyerupai penyakit jantung pada kehamilan yang normal, dan kapan dimulai pemberian obat anti aritmia pada ibu hamil mengingat banyak obat-obat anti aritmia yang berpotensial untuk memberikan efek merugikan baik pada maternal maupun fetal oleh karena obat-obat anti aritmia selalu melewati barrier placenta.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai aritmia yang sering terjadi pada kehamilan, yaitu atrial ectopy, ventrikel ectopy, supraventrikuler takikardia, atrial fibrilasi, dan ventrikel takikardi.

Naskah selengkapnya disini

21 Februari 2011


Segenap anggota Paskal mengucapkan selamat kepada :
Dr. Moh. Yusuf, SpJP, Dr. Ika Krisnawati, SpJP, Dr. M. Yusri, SpJP dan Dr. Umira, SpJP
yang telah lulus sebagai kardiolog baru.

Selamat bekerja di tempat tugas dan sukses.

BERITA DUKA


Innalillahi wa innailaihi roji'un.

Segenap pengurus dan anggota PASKAL
mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya
atas meninggalnya ayahanda dari Dr. Yusri Yusran.
Semoga almarhum mendapat tempat yang layak di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan mendapat ketabahan. Amin.

06 Februari 2011

PERANAN CARDIAC SHOCKWAVE THERAPY (CSWT) PADA PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK


Dodit Yutanto, Achmad Lefi

Coronary artery disease (CAD) is recognized as a leading cause of adult mortality worldwide. Current therapies in the treatment of CAD include drug interventions, percutaneous coronary intervention (PCI), coronary artery bypass graft (CABG) surgery, and transmyocardial laser revascularization (TMR). However, these approaches are invasive and often inadequate in the treatment of advanced CAD, and are associated with serious cardiovascular risks and complications. Cardiac shock wave therapy (CSWT) is a novel, noninvasive intervention that can ameliorate myocardial ischemia and improve cardiac function. Early clinical trials showed that CSWT alleviated angina and improved cardiopulmonary fitness in patients with myocardial ischemia. Evidence indicates that CSWT may reduce the ischemic burden and provide angina relief by promoting angiogenesis and revascularization in ischemic myocardium.

Naskah selengkapnya disini

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini