31 Juli 2008

Wisata Kuliner di Soerabaja

Apa kabar Paskalers?
Ada info nich mengenai warung pinggir jalan dan rumah makan yang
murah meriah dan enak di SURABAYA.
Bagi yang suka wisata kuliner nich, daftar tersebut bisa dipakai.

Silahkan saja klik disini

Mulai dari Ayam Goreng, Bebek Goreng, sampai Sop dan Soto.

PERANAN EVALUASI EKOKARDIOGRAFI PADA SINDROMA KORONER AKUT

image Wenni Erwindia, Mohammad Soetomo

Istilah sindroma koroner akut (SKA) meliputi spektrum presentasi dari angina tidak stabil hingga elevasi segmen ST infark miokard. Diagnosis sindroma koroner akut ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG dan pemeriksaan enzim jantung. Diagnosis dini dan akurat dari SKA mempunyai peran penting terhadap patensi dini arteri koroner, pemeliharaan miokard dan fungsi ventrikel serta peningkatan angka harapan hidup.

Ekokardiografi merupakan teknologi pencitraan portable yang ideal, non invasif dan relatif murah. Resting, stress, contrast dan transesophageal echocardiography mempunyai nilai diagnostik dan prognostik yang saling melengkapi dalam mendiagnosis penderita SKA, yaitu dengan menilai ukuran dan lokasi iskemia atau infark miokard, menentukan luas dari penyakit jantung koroner, melihat perubahan fungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri secara regional dan global serta memudahkan diagnosis dini komplikasi mekanik post infark miokard. Ekokardiografi tidak hanya membantu menegakkan diagnosis, tetapi juga menstratifikasi penderita SKA mempunyai prognosis baik atau buruk. Selain itu juga berperan penting terhadap reperfusi dini dan pencegahan remodeling ventrikel kiri.

Naskah lengkap disini

PENDERITA DENGAN SUPRAVENTRICULAR TACHYCARDIA : Bilamana dirujuk kepada Elektrofisiologis?

NEJMvcm074357.wmv_000323583 Bagoes Soetjipto,Budi Baktijasa

Aritmia supraventikular atau sering disebut juga supraventricular tachycardia (SVT) meliputi sekelompok gangguan irama jantung yang berasal dari SA node, jaringan atrium, dan jaringan penghubung (junctional). Kejadian aritmia supraventrikular cukup sering ditemukan, kadang seringkali berulang, bahkan kadang menjadi persisten.Kesulitan membedakan antara atrial fibrilasi (AF), atrial flutter, maupun aritmia supra-ventrikular lain pada populasi umumnya adalah masalah yang menghambat studi epidemiologi kelainan ini (Blomstrom et al, 2003). Strategi penatalaksanaan paling umum adalah terapi dengan obat-obatan antiaritmia dan kateterisasi ablasi. Penatalaksanaan aritmia supraventrikular atau SVT dalam dasawarsa terakhir ini telah mengalami kemajuan yang sangat bermakna, dimana kateterisasi ablasi telah menunjukkan keberhasilan tinggi.

Perkembangan yang pesat ini mengingatkan para kardiologis agar selalu mengikuti kemajuan strategi diagnostik dan pengobatan aritmia supraventrikular. Makalah ini membahas tentang manajemen penatalaksanaan SVT yang dapat diterapkan dan indikasi merujuk penderita SVT untuk dilakukan terapi intervensi oleh seorang elektrofisiologis.

Naskah lengkap disini

SEORANG PENDERITA DENGAN BENDA ASING KARDIAK

Hypertension2 Setyasih Anjarwani, Achmad Lefi

Trauma merupakan salah satu penyebab kematian utama pada penderita berusia kurang dari 40 tahun. Trauma toraks merupakan 25 % penyebab dari 50.000 kematian akibat kecelakaan di AS. Dari trauma toraks tersebut, trauma kardiak mempunyai proporsi yang tinggi, namun insiden pasti tidak diketahui. Kriteria yang jelas untuk mendiagnosis trauma kardiak tidak didapatkan.

Salah satu penyebab trauma kardiak adalah benda asing. Beberapa benda asing intraperikard maupun intrakardiak yang pernah dilaporkan yaitu peluru, pecahan peluru meriam, pecahan granat tangan, jarum jahit maupun jarum hipodermik. Terdapat juga laporan kasus benda asing kardiak berupa jarum ataupun benda lainnya yang diinsersikan sendiri oleh penderita, pada umumnya dengan gangguan psikiatri.

Manifestasi klinis benda asing kardiak dapat muncul segera sesudah trauma maupun berupa manifestasi lanjut. Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh benda asing kardiak adalah perdarahan atau inflamasi. Penatalaksanaan benda asing kardiak masih kontroversial dan bersifat individual. Terdapat dua pilihan yaitu konservatif atau ekstraksi.

Naskah lengkap disini

HIPERTENSI RENOVASKULAR

bxp45354 Donny Hendrasto, Djoko Santoso

Hipertensi renovaskular (HRV) merupakan salah satu jenis hipertensi sekunder yang memiliki karakteristik sebagi suatu sindroma arterial yang disebabkan oleh berkurangnya perfusi ginjal akibat lesi vaskuler. Pendapat lain juga menyatakan bahwa HRV merupakan suatu keadaan dengan peningkatan tekanan darah kronis akibat stenosis arteri ginjal utama atau salah satu cabangnya dan dapat mengakibatkan iskemia ginjal.

Penyakit renovaskular berupa Stenosis Arteri Renal (SAR) merupakan penyebab tersering terjadinya sindroma hipertensi renovaskular (HRV) dari sekian banyak kemungkinan penyebab lain. Secara umum, diagnosis ditegakkan secara retrospektif ketika tekanan darah mulai turun setelah dilakukan koreksi terhadap stenosis. Sebenarnya HRV tidak identik dengan SAR, maka bila dilakukan terapi invasif mungkin tidak memiliki efek pada tekanan darah, karena penyakit oklusif renovaskular dapat berkaitan dengan hipertensi esensial dan juga dengan normotensi.

Dengan begitu kompleks mekanisme yang dapat terjadi, dan prevalensi hanya sekitar 2% dari sejumlah pasien dengan hipertensi sekunder, tentunya akan sering luput dari perhatian, oleh karena itu perlu penanganan lebih cermat karena bila segera diidentifikasi maka kemungkinan penyembuhan lebih bermakna.

Naskah lengkap disini

DISFUNGSI PLATELET PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

FAHMI ADI PRIYANTORO

Diabetes melitus (DM) berkaitan dengan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler bermanifestasi sebagai aterosklerosis yang secara klinis bermanifestasi sebagai penyakit premature coronary artery disease (CAD), peningkatan resiko penyakit cerebrovascular, dan penyakit vaskuler perifer yang berat. Pasien dengan DM tipe 2 mempunyai kenaikan resiko penyakit koroner 2 - 4 kali. Sedangkan pasien dengan DM yang sebelumnya tidak pernah mengalami infark jantung (MI) mempunyai resiko yang sama untuk terjadi infark jantung ulang bila dibandingkan pasien tanpa DM yang telah mengalami MI sebelumnya.

Platelet merupakan tempat terjadinya insulin resisten, dan sindroma insulin resisten dari visceral obesity berhubungan dengan peningkatan aktivasi platelet melalui peningkatan pembentukan ROS (reactive oxygen species) dan lipid peroksidase. Oxidative stress menginduksi aktivasi stress – sensitive signaling pathways yang merupakan dasar biokimia utama yang menyebabkan keadaan proinflamatory dan prothrombotic pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Naskah lengkap disini

30 Juli 2008

HIPERTENSI KRISIS Diagnosis dan penatalaksanaan

Novira Widajanti
Hipertensi krisis didefinisikan sebagai suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memerlukan penanganan segera. Dimana tindakan penanganan segera berdampak terhadap hasil keluarannya. Kecepatan kontrol penanganan tekanan darah bervariasi bergantung jenis daripada hipertensi krisis yang terjadi. Untuk mendapatkan hasil keluaran yang optimal bergantung pada kemampuan identifikasi penyebab hipertensi dan penatalaksanaan pengaturan tekanan darah. Berapa batasan tekanan darah yang menimbulkan krisis bukanlah faktor yang paling menentukan ada tidaknya hipertensi krisis. Sebagai contoh, pada anak-anak atau wanita hamil atau pada orang normotensi yang terjadi peningkatan tekanan darah mendadak, hipertensi krisis dapat terjadi pada tingkat tekanan darah yang pada penderita hipertensi kronis masih dapat ditoleransi.
Walaupun insiden hipertensi krisis relatif rendah, namun hipertensi merupakan kelainan yang sering didapatkan dan mengenai sejumlah besar individu. Diperkirakan 50 juta orang di United State menderita hipertensi, namun keberhasilan penanganan hipertensi kronik menyebabkan rendahnya, kurang dari 1% jumlah penderita yang mengalami hipertensi krisis.Penelitian Vilela Martin (2004), pada Rumah Sakit rujukan regional di Brazil didapatkan prevalensi hipertensi krisis sebesar 0.5% pada unit darurat Bedah dan 1.7% pada unit darurat Medis. Demikian pula pada penelitian Rodriguez Cerrillo (2002), di Rumah Sakit rujukan di Spanyol didapatkan prevalensi hipertensi krisis sebesar 0.6% pada unit darurat Medis.
Apabila terjadi peningkatan tekanan darah, penanganan yang tepat adalah dasar untuk mencegah terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat, jantung, pembuluh darah dan ginjal. Keterlambatan memulai terapi atau terlalu cepat menurunkan tekanan darah pada saat krisis, dapat menyebabkan hal yang membahayakan.
Tinjauan pustaka ini membahas mengenai diagnosis dan penatalaksanaan dalam menghadapi hipertensi krisis.

Naskah lengkap download disini

Patofisiologi dislipidemia pada diabetes dan sebagai risiko penyakit kardiovaskuler

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi utama dari lipid adalah kenaikan kadar kolesterol total, Low Density lipoprotein (LDL), trigliserida dan penurunan High Density lipoprotein (HDL). Adult Treatment Panel (ATP) III memberi batasan dislipidemia aterogenik adalah peningkatan trigliserida, small dense LDL dan penurunan HDL.

Data di USA menyebutkan bahwa 100.870.000 penduduk dewasa mempunyai kadar kolesterol total diatas 200 mg/dl dan 40% diantaranya mempunyai kadar lebih dari 240 mg/dl. Dari beberapa penelitian dilaporkan adanya hubungan antara dislipidemia dengan kejadian penyakit kardiovaskuler. Pada tahun 1998 dilaporkan 559.841 kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK), atau satu dari lima kematian di USA. Dengan perkiraan pengeluaran biaya untuk mengatasi penyakit kardiovaskuler pada tahun 2001 sebesar $ 298.2 triliun.

Penyakit kardiovaskuler banyak ditemukan sebagai komplikasi dari penderita diabetes melitus (DM). Beberapa kelainan metabolik khususnya lipid yang banyak didapatkan pada penderita DM adalah oleh karena kegagalan produksi dan klirens dari lipoprotein plasma. Penyakit kardiovaskuler kebanyakan terjadi pada penderita DM dengan kontrol yang jelek. Beberapa karakteristik dari lipoprotein pada penderita diabetes adalah HDL yang rendah, trigliserida yang tinggi, dan small dense LDL yang biasanya disebut sebagai dislipidemia diabetik.

Naskah lengkap dowload disini

Woro Woro

teman2 PPDS kardio,
dimohon kedatangannya yaahhh.. kumpul2 PASKAL perdana (periode baru):
hari/tanggal: jumat, 1 agustus 2008
jam : 13.00 wib
tempat : ruang sidang kardio
acara : ngomongin jaga, makanan jaga, rencana2 paskal, dll..
beneran yaahh dateng.. ditunggu lohh.. ada sedikit2 makanan sihhh.. tapi kalo mo makan dulu sebelom dateng pertemuan ya gpp.. huehuehue..

btw, paskal juga bikin friendster nihh.. ga kalah ma yg masih muda2.. http://www.friendster.com/kardio
jangan lupaa add!!

ok dehhhh...
tenkyu so much.. muachh!!

29 Juli 2008

Berita Duka

PASKAL turut berduka cita atas meninggalnya ibu mertua dari mbak Jeki, sekretaris kardio, Selasa malam, 29 Juli 2008, pukul 22.00, di RS. Siti Khodijah Sepanjang.. mudah2an semua amal ibadah beliau diterima disisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran.. amin..

SeLaMaT!!


Tak terasa.. 5 tahun lebih berlalu..

Senang.. sedih.. sumpek.. bete.. kesel.. capek.. stress.. campur jadi satu..

tapi semua akhirnya bisa dilalui teman..

walaupun penuh dengan perjuangan dan cobaan..


untuk itu...


PASKAL mengucapkan : SELAMAT buat kakak-kakakku tercinta : dr. Tanto, dr. Endah, dr. Mira, dr. Triady, dr. Ronald, yg telah menyelesaikan pendidikan spesialis jantungnya, dan dinyatakan LULUS kemarin! mudah2an ilmu yg disandangnya menjadi barokah.. dan berguna bagi masyarakat.. daaannn... kalo dah SpJP jangan lupa yaaahh ma adik2nya:> tetap kontak.. dannn... sering2 buka arekkardio.blogspot.com biar ga ketinggalan berita.. hehehe..

SEORANG PENDERITA LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

image Gusti Rifansyah, Joewono Soeroso

Gejala klinis dan perjalanan penyakit LES sangat bervariasi, salah satunya pada sistem kardiovaskuler. Kelainan jantung dapat berupa perikarditis ringan sampai berat (efusi perikard), iskemia miokard dan endokarditis verukosa (Libman Sacks).

Prevalensi terjadinya infark miokard pada penderita LES berkisar antara 4-45 %, dimana wanita usia pertengahan (35-44 tahun) memiliki kemungkinan 50 kali lebih besar mengalami infark miokard dibandingkan dengan wanita bukan penderita LES pada usia yang sama.

Gejala klinik LES terjadi karena deposit imun pada jaringan. Akibat deposit imun maka akan dilepaskan berbagai mediator inflamasi yang selanjutnya menimbulkan vaskulitis pada jaringan tersebut. Manifestasi kliniknya tergantung pada organ mana yang terserang.

Mortalitas lupus pada dekade 5 tahun terakhir menunjukkan perbaikan. Untuk 5 year survival rate nya saat ini hampir 90 %, sedangkan 15 year survival rate- nya berkisar 63-79%. Kemajuan ini disebabkan pendekatan terapi yang lebih agresif dan majunya penggunaan imunosupresan untuk menekan aktivitas penyakit.

Download naskah lengkap disini

Download Slide disini

25 Juli 2008

MANIFESTASI KLINIK LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK PADA JANTUNG

353311963 Abdur Rohman, Esti Hindariati
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah suatu penyakit otoimun dimana organ, jaringan dan sel-sel tubuh mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh otoantibodi terikat jaringan dan kompleks imun. LES merupakan suatu penyakit otoimun yang tidak diketahui penyebabnya dan merupakan penyakit otoimun sistemik paling banyak ditemukan, ditandai dengan inflamasi berbagai macam organ (ginjal, otak, jantung, liver, paru, persendian, otot, kulit dll) dengan suatu evolusi dari remisi dan rekuren, terutama pada stadium awal penyakit. Nama “lupus” berasal dari kata Latin “lupus” yang berarti “serigala” dan merujuk pada lesi erithematous klasik pada wajah. Aspek LES yang paling khas dan kuat adalah status otoimunnya, yang ditandai oleh munculnya berbagai antibodi terhadap inti, sitoplasma dan membran sel.
Keterlibatan jantung pada LES telah diketahui sejak lama. Beberapa studi klinis dan post mortem menunjukkan tingginya insiden manifestasi kardiovaskular pada LES. Manifestasi kardiovaskular pada penderita LES bervariasi dari keluhan ringan sampai berat bahkan mengancam jiwa. Aterosklerosis yang dipercepat dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK)-nya adalah penyebab morbiditas dan kematian mendadak yang cukup signifikan pada LES. Wanita dengan LES mempunyai kecenderungan 7 – 50 kali resiko terkena PJK.
Naskah Lengkap di : http://rapidshare.com/files/132296696/Manifestasi_Kardiac_Pada_Lupus_Eritematosus_Sistemik.doc.html
Slide di :http://rapidshare.com/files/132296175/Cardiac_Manifestations_of_SLE.ppt.html

TERAPI HOLISTIK PADA ARITMIA KEHAMILAN

Suryono, Jatno Karyono

image Aritmia merupakan keadaan yang sering kita temukan dalam praktek sehari hari, keadaan ini sering memerlukan pengobatan segera untuk menghindari terjadinya komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Diketahui bahwa gender ikut mempengaruhi munculnya aritmia. Laporan menyebutkan wanita lebih mudah mengidap aritmia, kejadian ini lebih sering ditemukan selama kehamilan dan akan meningkat bila ada kelainan struktur jantung sebelumnya

Penalaksanaan aritmia pada kehamilan tentunya berbeda dengan wanita pada umumnya, pengobatan tidak hanya terfokus pada ibu tetapi mempertimbangkan juga kondisi janin dan usia kehamilan sehingga klinisi dihadapkan pada suatu pilihan untuk menentukan kapan dan terapi apa yang aman untuk ibu dan janin

Naskah lengkap disini

Slide lengkap di : http://rapidshare.com/files/130870828/TERAPI_HOLISTIK_PADA_ARITMIA_KEHAMILAN.ppt.html

TERAPI ABLASI KATETER PADA ATRIOVENTRICULAR NODAL REENTRANT TACHYCARDIA

Endah Dewati, Budi Baktijasa

image Ablasi kateter adalah prosedur yang dilakukan untuk memperbaiki gangguan irama jantung. Sejak diperkenalkan pada awal tahun 1990-an, terapi ablasi kateter telah meningkat pemakaiannya dalam penatalaksanaan SVT, berdasarkan pada efikasi dan keamanan bila dilakukan di center dengan klinisi yang berpengalaman. Ablasi bisa dilakukan dengan frekuensi radio (radiofrequency catheter ablation/RFCA) dan cryothermal energy. Target ablasi kateter pada AVNRT adalah slow-pathway di regio posteroseptal annulus trikuspid. Dengan angka keberhasilan lebih dari 95%, komplikasi serius tidak lebih dari 0,2%, komplikasi AV block tidak lebih dari 1%, dan angka kekambuhan 3-7%, maka saat ini ablasi menjadi pilihan terapi jangka panjang pada AVNRT simtomatis.Pemakaian ablasi cryothermal mempunyai keefektifan yang sama dan mengurangi risiko AV block, meskipun studi yang membandingkan kedua pendekatan ini masih kurang.

Naskah lengkap di : http://www.filefactory.com/file/42ad58/n/TERAPI_ABLASI_KATETER_PADA_AVNRT_doc

Download slide di : http://www.filefactory.com/file/746a90/n/CATHETER_ABLATION_THERAPY_OF_AVNRT_ppt

PEMAKAIAN OBAT SIMPATOMIMETIK-AMIN PADA SYOK SEPTIK

Joeristanti S, Usman Hadi
Tujuan resusitasi awal pada penderita sepsis adalah memperbaiki perfusi jaringan dan oxygen supply, serta menormalisasi metabolisme seluler. Jika resusitasi cairan yang adekuat gagal memperbaiki stabilitas hemodinamik dan perfusi jaringan, obat simpatomimetik-amin (vasoaktif katekolamin dan inotropik) yaitu dopamin, norepinefrin dan dobutamin biasanya diberikan. Norepinefrin merupakan vasokonstritor yang kuat sehingga diduga dapat mengakibatkan hipoperfusi pada end organ, oleh karena itu dulu penggunaan norepinefrin untuk syok septik sedikit dibatasi dan ditempatkan sebagai obat pilihan kedua. Tetapi studi terakhir menyebutkan bahwa norepinefrin lebih superior daripada dopamin sehingga dipertimbangkan penggunaannya sebagai obat pilihan pertama

Naskah lengkap di : http://rapidshare.com/files/132302048/SIMPATOMIMETIK-AMIN_PADA_SYOK_SEPTIK.doc.html

INTERVENSI PERKUTAN PADA OKLUSI TOTAL KRONIK ARTERI KORONER

Tri Astiawati, Jeffrey D Adipranoto
Keberhasilan PCI pada lesi oklusi (Chronic Total Occlusion, CTO) tidak seperti pada lesi non-oklusi. Hingga saat ini revaskularisasi perkutan pada CTO masih merupakan tantangan bagi para intervensionist cardiologist, bahkan dianggap sebagai perbatasan akhir (last frontier) prosedur PCI. Hal ini disebabkan karena PCI pada CTO secara tehnik lebih kompleks dengan angka keberhasilan yang lebih rendah dibanding dengan lesi non-oklusi yaitu berkisar 55–80% 2 dan angka restenosis yang lebih tinggi (43-77%), sehingga PCI pada CTO baru dilakukan pada 10 % hingga 15% dari seluruh prosedur angioplasty. Akibatnya sebagian besar pasien dengan CTO mendapat terapi medikamentosa maupun pembedahan bypass. Walaupun hingga saat ini belum ada penelitian prospektif, acak dan terkontrol yang membandingkan PCI dengan terapi medikamentosa serta pembedahan pada lesi CTO, beberapa penelitian retrospektif membuktikan bahwa revaskularisasi perkutan yang berhasil dilakukan pada lesi CTO akan dapat memperbaiki keluhan angina, fungsi ventrikel kiri, toleransi terhadap latihan, meningkatkan kualitas hidup bahkan dapat menurunkan major adverse cardiac event.

24 Juli 2008

Jadwal Jaga 28 Juli - 10 Agustus 2008


Monggo didownload: http://rapidshare.com/files/132288544/DAFTAR_DOKTER_JAGA_PPDS_I_KARDIOLOGI.doc.html

Asmanipun sinten, Mba ??

ama adalah cerminan harapan Orang tua. Setiap Muslim dianjurkan untuk memberi nama anaknya dengan nama yang Islami yang baik, indah dan mengandung makna yang mulia.
Seorang Anak berhak memperoleh nama yang baik. Seorang sahabat datang kepada Rasulullah saw dengan mengandeng anaknya, lalu dia bertanya : "Ya, Rasulullah, apa hak anakku ini atasku ?...,Rasulullah menjawab, Membaguskan namanya, memperbaiki adabnya (sopan santun) dan menempatkannya pada kedudukan (posisi) yang baik (fisik dan spiritual)" (H.R. Aththusi).
Adakah kaitan nama dengan sifat orangnya ? , pertanyaan yang sulit dijawab dan dibuktikan secara ilmiah dan kenyataan. Ada kalanya seseorang yang bernama Muhammad Shaleh ternyata adalah seorang penjahat ulung, atau sebaliknya. Al Imam Ibnu Qoyyim Aljauziyah berpendapat bahwa antara nama dengan sifat orangnya ada kaitan dalam makna dan hikmah. Setidaknya nama dapat menimbulkan sugesti (pengaruh yang dapat mengerakkan hati) dan sifat optimisme (memberi harapan yang baik).
Ketika Rasulullah saw bertemu dengan ketua tim perunding dalam perjanjian damai Hudaibiyah (Sulhul Hudaibiyyah), Suhail (yang berarti mudah), maka Rasulullah merasa optimis bahwa persetujuan itu akan tercapai.

Dibawah ini kami sajikan nama-nama yang Islami buat mba/mas yang sekarang lagi menanti kelahiran si buah hati
http://rapidshare.com/files/132266027/Nama_Islami1.doc.html
http://rapidshare.com/files/132266215/Nama_Islami2.doc.html
http://rapidshare.com/files/132266378/Nama_Islami3.doc.html
http://rapidshare.com/files/132266474/Nama_Islami4.doc.html

Buku Anak Gratis

Tahun ajaran baru telah dimulai. Nah..., buat "Paskalers" yang punya breeding alias anak yang bakalan memasuki sekolah baru atawa naik kelas tentu memerlukan buku pelajaran yang baru pula. Hal ini tentunya membuat Paskalers pucinx 7 kllg karena bakalan nyedot pengeluaran yang lumayan gueedee !! ??. Berikut adalah link dimana Paskalers dapat mendownload (bahkan kalo perlu sekalian jualan he..he..) buku-buku gratis dari SD sampe SMA (sayang ya ngga ada buku Babe ato mak nya sekalian :p). Semoga dapat nulung ngurangin stress Babe ama Nyak Paskalers sekalian. Cheerrrs

SODIUM DAN POTASIUM PADA PATOGENESIS HIPERTENSI

Himawan Wicaksono, Rochmad Romdoni

Hipertensi didapatkan pada sekitar 25 % dari populasi dewasa di seluruh dunia, dan diperkirakan prevalensinya akan terus meningkat hingga mencapai 60% populasi pada tahun 2025, saat itu 1,56 milyar orang akan menderita hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko mayor penyakit kardiovaskuler, dan berperan dalam mortalitas di seluruh dunia. Hipertensi primer, atau disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik, terjadi pada 85% kasus hipertensi.

Terjadinya hipertensi primer merupakan akibat dari gangguan internal (terutama pada ginjal) dan pengaruh lingkungan eksternal. Sodium merupakan kation ekstraseluler utama, memiliki peranan penting dalam terjadinya hipertensi. Sedangkan potasium, yang merupakan kation utama intraseluler, merupakan faktor minor dalam patogenesis hipertensi.Dalam pembahasan berikut ini akan dibahas peran sodium dan potasium pada tekanan darah.

Naskah lengkap di : http://www.filefactory.com/file/616de0/n/SODIUM_DAN_POTASIUM_PADA_PATOGENESIS_HIPERTENSI_doc

Slide di : http://www.filefactory.com/file/6f496b/n/SODIUM_DAN_POTASIUM_PADA_PATOGENESIS_HIPERTENSI_ppt

23 Juli 2008

INTERVENSI PERKUTAN PENYAKIT ARTERI PERIFER PADA EKSTREMITAS BAWAH

Zainal Safri, Yudi H. Oktaviono

Perkembangan Ilmu pengetahuan yang cepat dalam dekade terakhir ini, serta pengalaman operator dalam menangani kasus-kasus yang kompleks makin berkembang maka tindakan terapi endovaskular seperti Percutaneous Transluminal Angioplasty (PTA) dan stenting telah menggantikan terapi pembedahan pada lesi-lesi yang telah direkomendasikan. Keuntungan terapi revaskularisasi endovaskular yang utama adalah rendahnya angka komplikasi dengan angka rata-rata antara 0.5%-4%, dan dengan suatu tehnik yang mutakhir angka keberhasilan mencapai 90% walaupun pada lesi yang panjang.

Tindakan intervensi perkutan pada ekstremitas bawah sekarang ini menjadi pilihan utama pada lesi PAD, mengingat komplikasi yang lebih sedikit, masa rawatan di rumah sakit yang lebih pendek, tidak perlu anestesi umum, di bandingkan dengan tindakan pembedahan.

Naskah lengkap disini 

Slide di : http://www.filefactory.com/file/c3d87a/n/INTERVENSIPERKUTAN_PENYAKITARTERIPERIFER_ppt

Patient with Exercise-Induced ST Elevation

Rio Herdyanto, Jeffrey D. Adipranoto

Exercise stress test merupakan prosedur yang relatif aman. Bila seleksi pasien cukup baik berdasarkan indikasi dan kontradiksi, maka angka komplikasi serius seperti kematian dan infark miokard akut adalah sebesar 1 dalam 10.000 kali tes (0.01%). Insiden talikardia dan fibrilasi ventrikel adalah sebesar 1 dalam 5.000 kali tes. Walaupun demikian fasilitas resusitasi kardiopulmonal harus tersedia lengkap dan dokter atau supervisor yang bertugas mengawasi pelaksanaan tes harus terlatih dalam resusitasi kardiopulmonal.

Selama dan sesudah pelaksanaan exercise stress test akan terjadi beberapa perubahan pada gambaran EKG. Perubahan pada gambaran EKG tersebut dapat berupa respon normal maupun abnormal yang disebabkan karena iskemia miokard. Iskemia miokard yang dipicu oleh beban latihan akan menyebabkan respon abnormal pada EKG yang mempunyai manifestasi berupa depresi segmen ST, elevasi segmen ST atau normalisasi segmen ST. Elevasi segmen ST sebagai respon abnormal selama exercise sangat jarang terjadi. Hal ini berbeda dengan ST depresi yang sering terjadi sebagai respon terhadap iskemia miokard yang dipicu oleh beban latihan.

Naskah lengkap disini

Slide di : http://rapidshare.com/files/132035921/Patient_With_Exercise-Induced_ST_Elevation.ppt.html

GAGAL NAPAS KARENA DEKOMPENSASI KORDIS

Nur Janah, Dyah Priyatini
Penderita gagal napas diketahui berdasarkan pemeriksaan klinis adanya tanda-tanda distress napas dan pemeriksaan laboratoris untuk mengetahui kadar oksigen dan karbondioksida dalam pembuluh darah arteri dengan analisa gas darah.
Patofisiologi gagal napas, karena fungsi yang tidak adekuat dari satu atau lebih komponen essensial dari sistem respirasi yang menimbulkan manifestasi selain hipoksemia (PO2 <> 45 mmHg) atau sering kali merupakan kombinasi dari keduanya. Hipoksemia karena terdapat penurunan PO2 inspirasi, hipoventilasi, kegagalan proses difusi, ventilasi-perfusi mismatch ( V/Q), dan Right-to-left shunting 

Naskah lengkap disini

PRINSIP DASAR EKOKARDIOGRAFI DOPPLER

Tri Astiawati, Agus Subagjo
Pemahaman tentang dasar ekokardiografi Doppler dan dinamika cairan serta tehnik yang cermat dan tepat amat penting, agar dapat diperoleh hasil yang akurat dan memahami nilai dan keterbatasan tehnik ekokardiografi Doppler. Dan dengan menggunakan ekokardiografi Doppler akan didapat informasi hemodinamik yang sebelumnya hanya didapat melalui pemeriksaan kateterisasi jantung.
Naskah lengkap di : http://rapidshare.com/files/132026617/Doppler_Echo.doc.html
Slide di : http://rapidshare.com/files/132028751/FUNDAMENTAL_OF_DOPPLER_ECHOCARDIOGRPAHY.ppt.html

CORONARY ARTERIAL DISEASE IN DIABETES MELLITUS


Hermawan S Sabarudin, Iwan N Boestan

Slide lengkap di : http://rapidshare.com/files/132024330/CORONARY_ARTERIAL_DISEASE_IN_DIABETES_MELLITUS.ppt.html

EKOKARDIOGRAFI PADA KEGAWATDARURATAN JANTUNG

Ronald TM Panggabean, Agus Subagjo

Ultrasonografi jantung (ekokardiografi) mampu dengan cepat memberikan informasi anatomi dan fisiologi jantung khususnya dalam kondisi kegawatdaruratan sehingga klinisi dapat menegakkan diagnosa dan menentukan penatalaksanaan dengan lebih dini dan lebih akurat, serta menghindari risiko dan biaya karena penggunaan strategi diagnostik yang lain. Pemahaman akan aplikasi dan keterbatasan ekokardiografi adalah penting bagi seorang klinisi di bidang emergensi untuk dapat memaksimalkan semua potensi alat ini dalam penanganan penderita. Dalam kegawatdaruratan jantung ekokardiografi dapat membantu dalam diagnosis infark miokard akut, efusi perikard dan tamponade, disfungsi katup akut, diseksi aorta akut.

Naskah lengkap disini

22 Juli 2008

HYPERTHYROID HEART DISEASE

Riana Handayani, Agus Subagjo
Manifestasi hipertiroid terhadap kardiovaskular telah dikenal selama dua abad. Aktifitas hormon tiroid hampir melibatkan seluruh sistem organ, tetapi jantung merupakan organ yang paling sensitif terhadap perubahan kadar hormon tiroid dibandingkan organ lain. Perubahan kadar hormon tiroid terhadap jantung berupa peningkatan resting heart rate, kontraktilitas miokard, massa otot ventrikel kiri dan predisposisi terjadinya atrial aritmia, dapat terjadi walaupun perubahan minimal hormon tiroid seperti pada hipertiroid subklinis.
Sebagian besar penderita hipertiroid mengalami gejala kardiovaskular dan komplikasi serius hipertiroid terjadi sebagai akibat dari keterlibatan jantung. Gejala kardiovaskular yang sering ditemui pada hipertiroid adalah palpitasi, exercise intolerance, dyspnea, anginal like chest pain, oedem perifer dan congestive heart failure. Dominannya gejala kardiovaskular pada hipertiroid membawa penderita-penderita ke ahli jantung.

Naskah lengkap disini

Slide download di: http://rapidshare.com/files/131756311/HYPERTHYROID_HEART_DISEASE.ppt.html

PenGuMuMann!!!

teman2.. sesuai dengan kesepakatan perjanjian baru dengan PASKAL.. ada usulan logo PASKAL diperbaharui.. jadi biar segerr gituhh.. masa kalah ma PERTAMINA.. heuehuehe.. eh serius nih.. jadii.. mulai saat ini, diadakanlah perlombaan membuat logo PASKAL beserta maknanya.. pemenangnya akan ditentukan 1 bulan dari pengumuman sekarang ini.. hadiahnya seruuu!!!! logo yang dipilih akan dipakai SELAMA2NYA oleh PASKAL.. dan akan dilaunching ke seluruh dunia.. dari lingkup kardio unair sendiri sampai lewat WEB.. keren gakk?? oke deghhh.. bagi yg tertarik, buruaaann bikiinn!!! ni logo boleh semua orang bikin.. ga mesti orang kardio unair.. yg pasti ada maknanya, ga mesti gambar biasa.. oh yaaa yg lom tau PASKAL itu apaa.. baca blog yg awal2 yaaa:P hehehee.. ok guyss... bagi yg tertarik bisa langsung kirim ke adminnya blog arekkardiounair yaaahhh!!!! cyaaa!!!:)

20 Juli 2008

Diagnosa dan Terapi Infark Ventrikel Kanan

M.Yusuf Suseno, Budi Susetyo Yuwono

American Heart Association(AHA) dalam guideline ACC/AHA untuk ST-Elevation Myocardial Infarction (STEMI) tahun 2004 membahas right ventricular infarction (RVI) secara khusus. Hal ini karena sifat khas dari RVI, yang dari beberapa segi berbeda dengan infark ventrikel kiri, sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda, bahkan mungkin bertolak belakang.
Secara epidemiologi, RVI biasanya memang hanya menyertai infark inferior. Pada suatu seri otopsi pada pasien yang meninggal akibat infark inferior, RVI ditemukan antara 14 hingga 60 %.7 Sedangkan populasi yang semata mengalami RVI kurang dari 3 %, dan RVI yang menyertai infark dinding anterior hanya berkisar 13%.4 
Meskipun frekuensinya tidak sering, tetapi ternyata keberadaan RVI sangat mempengaruhi prognosis. Analisa tentang RVI dari studi Collaborative Organization for RheothRx Evaluation (CORE) tahun 2001 menyatakan bahwa RVI dihubungkan dengan tingginya kematian (odds ratio [OR] 3.2), syok (OR 3.2), ventrikel takikardia atau fibrilasi (OR 2.7) dan atrioventrikular blok (OR 3.4). Peningkatan resiko ini disebabkan semata karena keterlibatan infark ventrikel kanan, dan tidak tergantung luasnya kerusakan ventrikel kiri.14 Karena itu pengenalan dini dari RVI sangatlah penting untuk mengurangi mortalitas dan komplikasi. Infark inferior dengan disertai RVI memiliki angka mortalitas mencapai 25%-30%, sedangkan bila infark inferior tanpa RVI hanya 6%.
RVI sangat penting untuk dikenali karena tingkat mortalitas dan komplikasi yang cukup tinggi, tetapi dengan tata laksana yang berbeda, bahkan pada beberapa hal bertolak belakang dengan penatalaksanaan disfungsi ventrikel kiri.Guidelines ACC/AHA untuk STEMI tahun 2004 menyatakan pemberian obat yang rutin diberikan pada infark ventrikel kiri seperti nitrat harus digunakan sangat hati-hati pada RVI karena dapat mengurangi preload dan menyebabkan hipotensi berat.

RVI pun pada beberapa kondisi juga memerlukan terapi yang khas. Pada sebuah studi didapatkan bahwa nitric oxide inhalasi, obat yang bekerja sebagai vasodilator pulmonal, dapat memperbaiki kondisi hemodinamik pada pasien dengan infark ventrikel kanan yang mengalami syok.

Naskah lengkap disini

PRIMARY PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION PADA INFARK MIOKARD AKUT

Ronald TM Panggabean, Jeffrey D Adipranoto

Tanggal 15 September 1977 merupakan hari yang bersejarah bagi dunia kedokteran karena pada saat itu Dr. Roland Andreas Gruentzig dari Austria untuk pertama kali berhasil melakukan tindakan PTCA untuk memperbaiki perfusi koroner seorang penderita dengan stenosis berat di proximal left anterior descending artery. Sejak saat itu terapi intervensi bagi penderita penyakit jantung koroner mengalami kemajuan yang pesat. 
 Walaupun demikian dalam era 1990-an tindakan PTCA rutin setelah terapi trombolitik dipandang tidak perlu bahkan berbahaya karena 3 randomized trial besar (TAMI, TIMI II-A, European Cooperative), yang khusus dirancang untuk menyelidiki nilai PTCA rutin setelah trombolisis, menunjukkan hasil yang mengecewakan. Namun penggunaan PTCA tanpa didahului terapi trombolitik atau primary PTCA tetap menarik perhatian para ahli. Hasil penelitian Hartzler dkk di Kansas City dianggap sebagai pelopor dalam menunjukkan feasibility dari tindakan primary PTCA. Bersamaan dengan itu, Brodie di Greensboro, North Carolina. Dan O’Neill dan Grines di Royal Oak, Michigan, menyimpulkan bahwa pengujian primary PTCA sebagai modalitas reperfusi masih belum mencukupi (inadequate). Ketiga kelompok ini bergabung dan membentuk kelompok PAMI study. Kelompok ini bersama dengan peneliti dari kelompok Zwolle dan Mayo Clinic menerbitkan hasil dari randomized trial besar pertama yang membandingkan primary PTCA dengan terapi trombolitik pada tahun 1993. Trial ini menunjukkan keuntungan primary PTCA atas terapi trombolitik dan menegakkan primary PTCA sebagai suatu strategi reperfusi yang sah.

Naskah lengkap disini


Penggunaan Diuretika Pada Usia Lanjut Dengan Gagal Jantung

Uun Unaedi, RP. Soeharsohadi
Dengan adanya pertambahan usia, maka akan terjadi penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisik, baik tingkat seluler, organ, maupun sistem karena proses penuaan. Penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas .
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada usia lanjut, dan obat kardiovaskular merupakan obat yang menentukan dalam populasi ini. Obat kardiovaskular mempunyai efek terapetik yang sempit pada usia lanjut hal ini menyebabkan tingginya kejadian efek samping dari penggunaan obat ini pada usia yang lebih tua. 
Untuk menghindari efek yang tidak diharapkan dari penggunaan obat kardiovaskular maka perlu pemahaman dan pengetahuan tentang perubahan fisiologis yang terkait dengan usia, interaksi antar obat, efek penyakit penyerta yang merubah farmakokinetik dan farmakodinamik obat kardiovaskular terutama diuretik 
Naskah lengkap di :http://www.filefactory.com/file/cc4dda/n/Penggunaan_Diuretika_Pada_Usia_Lanjut_Dengan_Gagal_Jantung_doc
Slide lengkap di : http://www.filefactory.com/file/656aa9/n/Penggunaan_Diuretika_Pada_Usia_Lanjut_Dengan_Gagal_Jantung_ppt

EMBOLI PARU

Rike Andy Wijaya, Mohammad Yogiarto
Pulmonary Embolism (PE) adalah keadaan yang sudah umum, yang mempunyai potensi komplikasi yang fatal dan serius akibat pembentukan trombus didalam sirkulasi vena. Diperkirakan didapatkan lebih dari 600.000 pasien setiap tahunnya di US, mengakibatkan 50.000-200.000 kematian dan menduduki urutan ketiga penyebab kematian diantara pasien rawat inap ( Chesnut,2001; Wood K.E, 2002 ). Diagnosis PE sering terlewati oleh karena gejala-gejala dan tanda-tandanya yang tidak khas. Sepertiga diantara penderita yang masih bertahan hidup akan meninggal oleh karena episode serangan berikutnya. Kebanyakan penderita akan meninggal beberapa jam setelah onset .Pada penderita yang masih bertahan hidup emboli ulangan dan kematian dapat dicegah dengan diagnosa dan terapi yang tepat
Naskah lengkap di : http://rapidshare.com/files/130863019/EMBOLI_PARU.doc.html
Slide lengkap di : http://rapidshare.com/files/130868483/EMBOLI_PARU.ppt.html

PERANAN VASA VASORUM PADA VULNERABLE PLAQUE

Ronald T.M. Panggabean, Iswanto Pratanu

Istilah vulnerable plaque dipakai sebagai sinonim dari istilah high-risk plaque, thrombosis-prone plaque, thin-cap fibroatheromas (TCFA), unstable plaque dan disrupted plaque. Istilah ini merujuk kepada suatu plaque yang berada pada risiko yang tinggi untuk menimbulkan trombosis dan progresi lesi.

Vasa vasorum (selanjutnya disebut VV) terdiri dari arteri-arteri kecil yang masuk ke dinding vaskuler dari permukaan abluminal (vasa vasorum eksterna) atau dari permukaan luminal (vasa vasorum interna) dan kemudian menyebar ke outer media. Vasa vasorum vena mengalirkan suatu jaringan kapiler/venule yang terletak di sekeliling outer media ke dalam vena dekat dengan arteri. Pada manusia, pembuluh darah dengan ketebalan dinding kurang dari 29-cell layers biasanya tidak mempunyai vasa, dan pada umumnya pembuluh darah dengan diameter lumen kurang dari 0,5 mm (semua pembuluh darah normal pada tikus dan pembuluh darah intramiokard pada manusia) tidak mempunyai vasa vasorum. Pada pembuluh darah yang lebih besar difusi solute ke media dari lumen disuplementasi oleh vasa vasorum

Naskah lengkap disini

TERAPI HOLISTIK PADA ARITMIA KEHAMILAN

Suryono, Jatno Karyono
Aritmia merupakan keadaan yang sering kita temukan dalam praktek sehari hari, keadaan ini sering memerlukan pengobatan segera untuk menghindari terjadinya komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Diketahui bahwa gender ikut mempengaruhi munculnya aritmia. Laporan menyebutkan wanita lebih mudah mengidap aritmia, kejadian ini lebih sering ditemukan selama kehamilan dan akan meningkat bila ada kelainan struktur jantung sebelumnya
Penalaksanaan aritmia pada kehamilan tentunya berbeda dengan wanita pada umumnya, pengobatan tidak hanya terfokus pada ibu tetapi mempertimbangkan juga kondisi janin dan usia kehamilan sehingga klinisi dihadapkan pada suatu pilihan untuk menentukan kapan dan terapi apa yang aman untuk ibu dan janin
Naskah lengkap di : http://rapidshare.com/files/130869479/TERAPI_HOLISTIK_PADA_ARITMIA_KEHAMILAN.doc.html
Slide lengkap di : http://rapidshare.com/files/130870828/TERAPI_HOLISTIK_PADA_ARITMIA_KEHAMILAN.ppt.html

SIRKULASI KOLATERAL KORONER

Triadhy Nugraha, Iswanto Pratanu

Penyakit jantung koroner (PJK) sebagai salah satu manifestasi penyakit kardiovaskular hingga kini masih merupakan penyebab kematian terbesar pada berbagai negara di dunia. Penanganan PJK dengan strategi revaskularisasi baik perkutan maupun pembedahan untuk menurunkan angka mortalitas, morbiditas, dan kecacatan tidak selalu dapat diterapkan pada semua penderita khususnya dengan kondisi aterosklerosis berat. Strategi revaskularisasi alternatif lain perlu dikembangkan untuk mengendalikan gejala dan memperbaiki kondisi PJK yang sudah lanjut. Strategi yang cukup ideal ialah mendorong pertumbuhan coronary collateral circulation atau sirkulasi kolateral arteri koroner (selanjutnya disingkat SKK) yang berperan sebagai bypass atau jalur pintas vaskular alami

TERAPI ABLASI KATETER PADA ATRIOVENTRICULAR NODAL REENTRANT TACHYCARDIA

Endah Dewati, Budi Baktijasa
 
Ablasi kateter adalah prosedur yang dilakukan untuk memperbaiki gangguan irama jantung. Sejak diperkenalkan pada awal tahun 1990-an, terapi ablasi kateter telah meningkat pemakaiannya dalam penatalaksanaan SVT, berdasarkan pada efikasi dan keamanan bila dilakukan di center dengan klinisi yang berpengalaman. Ablasi bisa dilakukan dengan frekuensi radio (radiofrequency catheter ablation/RFCA) dan cryothermal energy. Target ablasi kateter pada AVNRT adalah slow-pathway di regio posteroseptal annulus trikuspid. Dengan angka keberhasilan lebih dari 95%, komplikasi serius tidak lebih dari 0,2%, komplikasi AV block tidak lebih dari 1%, dan angka kekambuhan 3-7%, maka saat ini ablasi menjadi pilihan terapi jangka panjang pada AVNRT simtomatis.Pemakaian ablasi cryothermal mempunyai keefektifan yang sama dan mengurangi risiko AV block, meskipun studi yang membandingkan kedua pendekatan ini masih kurang.
Naskah lengkap di : http://www.filefactory.com/file/42ad58/n/TERAPI_ABLASI_KATETER_PADA_AVNRT_doc
Download slide di : http://www.filefactory.com/file/746a90/n/CATHETER_ABLATION_THERAPY_OF_AVNRT_ppt

APOPTOSIS KARDIOMIOSIT

Mekanisme dan Implikasi pada Terapi Masa Depan Gagal Jantung

Rio Herdyanto, R. Mohammad Yogiarto

Proses terjadinya kehilangan miosit pada gagal jantung terbukti berkaitan erat dengan proses apoptosis atau kematian sel yang terprogram dari otot jantung. Apoptosis sebenarnya merupakan aspek penting dalam perkembangan organ dan regulasi seluler serta berperan dalam berbagai kondisi fisiologis maupun patologis. 
Untuk dapat mengidentifikasi target terapi gagal jantung, sangatlah penting dalam memahami jalur apoptosis. Pembatasan hilangnya kardiomiosit dengan menghambat apoptosis merupakan implikasi yang penting dalam pendekatan terapi gagal jantung. Tinjauan pustaka ini akan membahas jalur apoptosis serta pilihan terapi yang berbasis pada apoptosis sebagai terapi masa depan gagal jantung
Naskah lengkap disini
download slide di : http://rapidshare.com/files/130861748/CardioMyocyte_Apoptosis_.ppt.html

Elevations of the Cardiac Troponin Without the Presence of Acute Coronary Syndrome

Ragil Depios,Iswanto Pratanu
Unexplained troponin elevations are very rare, may cause confusion for diagnosis & treatment.
Troponins > reflects irreversible myocardial necrosis
Abnormal Tn value in various conditions (not ACS)
In ER: the most important DDx of troponin   acute pulmonary embolism (APE) and pericarditis-myocarditis
Download slide at :http://rapidshare.de/files/40035909/Elevations_of_the_Cardiac_Troponin_Without_the_Presence_of_Acute_Coronary_Syndrome.ppt.html

18 Juli 2008

Suksesi PASKAL


Mendahoeloei Pilkada Djatim, seboeah pagoejoeban assisten sekolah jantoeng di Soerabaja (PASKAL) mengadakan pemindahan kekoeasaan dari pedjabat lama jang dipimpin oleh dr. Tanto B kepada pedjabat baroe dr. Andrianto tertanggal 17 Djuli 2008. Allhamdoelillah, berkat rachmat Allah SWT, pergantian kekoeasaan ini dapat terselenggara dengan maxx ndjuzzz. Kepada pedjabat yang telah digantikan (dr. Tanto dan djadjarandja) admin AKUblog (Arek Kardio Unair blog) menghatoerkan banjak terima kasih atas segala soembangsih dan djerihpadjahnja dalam membesarkan PASKAL. Dan kepada pedjabat yang baroe, admin AKUblog mengudjapkan selamat bertoegas semoga PASKAL semakin djaja...MUUUEEERRRRDDDDEEEKKKAAA !!!

Sejarah Kardiologi di Surabaya

Tak Kenal maka Tak Sayanx, demikian kata ortu-ortu kita. Makanya bagi Arek Kardio Unair kudu ngerti biar cuman secuil tentang Sejarah Kardiologi di Surabaya. Biar kagak ruwet silakan download "Sejarah Kardiologi di Surabaya" di: http://rapidshare.com/files/130799340/Sejarah_Kardiologi_di_Surabaya.ppt.html
Kalo bad link, tolong kasih tau saya trims

DATA PPDS I BAGIAN KARDIOLOGI

DATA PPDS I BAGIAN KARDIOLOGI & KEDOKTERAN VASKULER FK UNAIR – RSU Dr. SOETOMO
( update on January 2007 )silakan download di :http://rapidshare.com/files/130798329/DATA_PPDS_I_BAGIAN_KARDIOLOGI.doc.html
*yg tulisan warna merah artinya udah ALUMNI
Bila ada update terbaru pLeazz contact/sent me an E-mail + attach., thx bro...
Kalo bad link, tolong kasih tau saya trims

TERAPI RESINKRONISASI KARDIAK

Rio Herdyanto
Penatalaksanaan penderita gagal jantung tahap akhir yang refrakter terhadap terapi telah berubah sejak ditemukannya terapi resinkronisasi jantung (Cardiac Resynchronization Therapy - CRT). CRT menjadi pilihan terapi penderita gagal jantung tahap akhir yang refrakter terhadap pengobatan.1 Hal ini dikarenakan CRT terbukti dapat memperbaiki status fungsional dan mengurangi mortalitas dan morbiditas penderita gagal jantung.3 Dalam ESC Guidelines for Diagnosis and Treatment of Chonic Heart Failure 2005, CRT dapat diberikan pada penderita dengan fraksi ejeksi yang rendah disertai disinkroni ventrikular (kompleks QRS ≥120 ms) dan masih tetap simptomatik setelah mendapat terapi medikamentosa optimal untuk memperbaiki gejala
Naskah lengkap disini 
Slide download di :http://rapidshare.com/files/130670404 CARDIAC_RESYNCHRONIZATION_THERAPY.ppt.html
Kalo bad link, tolong kasih tau saya trims

Obat – obatan yang mengoptimalkan cardiac output dan tekanan darah

Epinefrin
Mekanisme kerja

Epinefrin HCl mempunyai reseptor  dan  adrenergic , terutama reseptor  akan meningkatkan aliran darah ke miokardium dan otak selama RJP, sedang reseptor  mempunyai efek yang kotroversi seperti meningkatkan kerja miokardium dan mengurangi perfusi subendokardium.

Dosis

Cardiac arrest
1 mg ( 10 ml dari 1 : 10.000 ) iv bolus, setiap 3 – 5 menit, di flush 20 ml cairan iv, dapat dilanjutkan dengan continous infusion : 1 mg epinefrin HCl + 250 ml NaCl atau D5W, diberikan mulai 1 / menit, dinaikkan 3 – 4 / menit.

Non cardiac arrest
1 mg ( 1 ml dari 1 : 1.000 ) + 500 ml NaCl atau D5W, diberikan mulai 1 / menit, dinaikkan 2 – 10 / menit, sampai ada respon.

naskah lengkap silakan download di:http://rapidshare.com/files/130796212/Obat_acls.doc.html
Kalo bad link, tolong kasih tau saya trims

Tips for Cardiac Auscultation

1 - The First Heart Sound corresponds to the carotid pulse. Its identification is the first
important step of cardiac auscultation.
2 - The Second Heart Sound must be analyzed with the diaphragm of the stethoscope at the pulmonary area where the two components of this sound are best identified. Points to note are its variations with different phases of respiration and splitting.
3 - The Third Heart Sound is usually best heard at the cardiac apex, in the left lateral
position with the bell of the stethoscope.
4 - The Fourth Heart Sound is also best heard with the bell of the stethoscope at the
cardiac apex (left heart origin S4) or tricuspid area (right heart origin S4).
5 - During Systole we can hear systolic ejection sounds (aortic or pulmonary stenosis),
nonejection mid- to late- systolic clicks (prolapse, extracardiac) and also pansystolic (mitral or tricuspid regurgitations or VSD-ventricular septal defect) murmurs. {mosgoogle}
6 - In Diastole we may hear opening snaps (mitral or tricuspid stenosis), early diastolic
murmurs (aortic regurgitation), mid diastolic murmurs (mitral or tricuspid stenosis).
7 - Frequently, but not always,the double and triple murmurs are due to combined
valvular lesions. The pericardial friction rub is usually triple-phased, with a characteristic
scratching quality.
8 - Continuous murmurs begin in systole and continue into the diastole, without interruption through the timing of second heart sound. They are due to arteriovenous shunts (classically described in PDA - patent ductus arteriosus) and venous hum.
9 - The major areas of auscultation (mitral at the apex, tricuspid, pulmonary and aortic
areas) indicate zones where the cardiac sounds and murmurs are best heard, but do not ignore to auscultate all around the thorax. Especially remember to auscultate over the carotid arteries in the neck.
10- More information is obtained by studying the appearance or change of sounds and
murmurs by appropriate postural, respiratory and functional changes (Valsalva, exercise, handgrip, amyl nitrite inhalation, etc). This is called dynamic auscultation.

16 Juli 2008

INTRAVENOUS-RELATED INFECTION

Gusti Rifansyah, Nasronuddin

Infeksi nosokomial merupakan suatu masalah besar dan menghamburkan biaya besar di rumah sakit. Infeksi nosokomial banyak terjadi di ruang rawat intensif pada kasus pasca bedah dan kasus dengan pemakaian infus dan kateter lama yang tidak diganti sesuai prosedur standar pencegahan infeksi rumah sakit (Zulkarnain I, 2006).
Infeksi nosokomial diperkirakan terdapat pada lebih dari 2 juta penderita. Usaha-usaha untuk menurunkan resiko infeksi mendapat tantangan dengan semakin meningkatnya jumlah penderita dengan kondisi immunocompromized , bakteri yang resisten terhadap antibiotik, superinfeksi oleh jamur dan virus serta oleh adanya tindakan dan alat-alat invasif (Weinstein RA, 2005).
Infeksi yang berhubungan dengan penggunaan alat-alat kesehatan (device-associated infections) terutama pneumonia oleh karena penggunaan ventilator, infeksi aliran darah pada penggunaan kateter vena sentral serta infeksi saluran kemih oleh karena pemakaian kateter, merupakan ancaman terbesar terhadap keselamatan penderita di ruang rawat intensif (ICU) (Rosenthal VD et al, 2006). Pada umumnya kolonisasi bakteri pada kateter vena sentral merupakan sumber terjadinya sepsis nosokomial dan terdapat pada sekitar 23,5-66% dari keseluruhan kasus bakteriemia yang terjadi selama perawatan di rumah sakit (Dunser MW et al, 2005). Berdasarkan beberapa penelitian, telah diidentifikasi berbagai faktor resiko independen terjadinya infeksi nosokomial (tabel 1) (Eggimann P et al,2001)

Baca lengkap disini

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini