21 Desember 2009

ASPIRASI TROMBUS SEBAGAI INTERVENSI MEKANIK TAMBAHAN PADA PENATALAKSANAAN PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT TANPA ELEVASI SEGMEN ST

Fadillah Maricar, Jeffrey Daniel Adipranoto

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di negara-negara maju, memegang peranan pada hampir 1 juta kematian di Amerika Serikat per tahun. Sekitar 50% dari kasus kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Dengan makin berkembangnya kondisi ekonomi di negara berkembang, disertai dengan menurunnya angka penyakit infeksi dan perubahan gaya hidup yang menunjang terjadinya proses atherosklerosis menyebabkan meningkatnya angka kejadian penyakit jantung koroner. Di Indonesia, berdasarkan laporan Ditjen Yanmed Depkes RI tahun 2005, penyakit sistem sirkulasi termasuk didalamnya penyakit kardiovaskular dan stroke menjadi penyebab kematian utama. Dan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama pada usia produktif 35-44 tahun. Berdasarkan SKRT tahun 2004 bahwa angka kesakitan koroner adalah 3% dari jumlah penduduk Indonesia.1,2
Sindroma koroner akut merupakan kegawatan pada penyakit jantung koroner yang terdiri dari infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) maupun tanpa elevasi 
segmen ST (NSTEMI) dan Unstable angina (UA). Walaupun pada era trombolitik serta terapi reperfusi lainnya saat ini yang memerlukan tindakan yang cepat pada kasus STEMI sehingga menarik banyak perhatian khusus, UA / NSTEMI merupakan kasus yang lebih banyak ditemukan dibandingkan STEMI. Di amerika Serikat, didapatkan sekitar 1,3 juta penderita per tahun yang dirawat dengan UA/NSTEMI dibandingkan 350.000 penderita dengan STEMI.1
Penatalaksanaan UA/NSTEMI ditujukan untuk menstabilkan lesi koroner yang akut, mengobati residual iskemia dan prevensi sekunder jangka panjang. Tujuan ini dapat dicapai dengan terapi farmakologik maupun intervensi untuk revaskularisasi. Walaupun dengan tercapainya perbaikan aliran koroner epikardial yang normal dengan tindakan revaskularisasi, kadang-kadang masih ditemukan perfusi miokard yang inadekuat. Hal ini disebabkan karena mikroemboli pada distal vaskular yang menyebabkan gangguan mikro-sirkulasi yang berakhir dengan fenomena slow-reflow atau no-reflow. Tindakan untuk mengurangi risiko ini, diupayakan dengan pemberian antitrombotik secara agresif maupun evakuasi trombus secara mekanik. Aspirasi trombus secara manual cukup sering menjadi pilihan karena prosedurnya yang mudah, murah dan angka keberhasilan tindakannya cukup baik.

Naskah lengkap disini 

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini