30 Agustus 2010

SINDROMA KARDIORENAL


Abraham Ahmad AF, Mochammad Thaha

Insufisiensi ginjal merupakan komorbid yang sering ditemukan dan membahayakan bagi pasien gagal jantung. Dua keadaan ini bila terjadi pada pasien yang sama akan mempunyai prognosis yang jelek (McAlister, 2004; Heywood, 2004). Dan lebih dari 30% pasien gagal jantung terjadi disfungsi ginjal (Geisberg, 2006).

Sementara itu, penyakit kardiovaskuler merupakan suatu masalah pada penyakit ginjal kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD). Sekitar 43,6% penyebab kematian pada gagal ginjal terminal atau End Stage Kidney Disease (ESKD) disebabkan karena penyakit jantung dan angka mortalitasnya lebih dari 10 kali dibandingkan dengan populasi umum. Pada ESKD, prevalensi Left Ventricular Hiperthrophy (LVH) dan Coronary Artery Disease (CAD) sekitar 40 – 75 %. Separuh jumlah penderita ESKD akan mengalami infark miokard dalam 2 tahun sejak dimulainya terapi dialisis dengan angka mortalitas yang tinggi (Bongartz, 2005).

Beberapa fakta di atas menunjukkan adanya interaksi antara penyakit kardiovaskuler dan penyakit ginjal yang lebih dikenal dengan sindroma kardiorenal atau Cardiorenal Syndrome (CRS). Banyak hal tentang sindroma kardiorenal yang masih belum terungkap jelas, antara lain definisi, patofisiologi serta penatalaksanaan yang tepat pada sindroma ini. Karena itu pada makalah ini akan dibahas mengenai sindroma kardiorenal, definisi, beberapa faktor yang berperan dalam patofisiologi sindroma ini, klasifikasi serta penatalaksanaannya.

Naskah selengkapnya disini

PERANAN STATIN DALAM PREVENSI ATRIAL FIBRILASI

Himawan Wicaksono, Budi Baktijasa

Atrial fibrilasi (AF) merupakan aritmia yang sering ditemukan pada berbagai kondisi klinis, dan merupakan sepertiga penyebab hospitalisasi karena gangguan irama jantung. Prevalensi AF diperkirakan 0,4 hingga 1% dari populasi umum, meningkat seiring pertambahan usia. Pada populasi usia di bawah 60 tahun prevalensinya kurang dari 1% sedangkan pada usia lebih dari 80 tahun mencapai lebih dari 8%.

Berbagai studi berbasis populasi memprediksi adanya peningkatan dramatis jumlah penderita AF pada empat dekade mendatang. Diperkirakan penderita AF pada dewasa di Amerika Utara akan mencapai 13,1 hingga 15,9 juta pada tahun 2050, begitu juga dengan populasi di Eropa. Namun estimasi perhitungan ini belum mencakup prevalensi silent AF.

Terjadinya AF terkait dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas karena stroke dan tromboemboli. AF berkaitan dengan 30% kejadian stroke akut. Resiko terjadinya stroke akibat AF adalah 1,5% pada usia 50-59 tahun dan mencapai 23,5% pada usia 80-89 tahun. AF menyebabkan resiko relatif kematian dari 1,3 hingga 2 kali tergantung dari faktor resiko. Beberapa pasien mengalami AF pada usia yang relatif muda beserta resiko komplikasinya hingga beberapa dekade. Selain stroke, komplikasi lain AF berupa gagal jantung, serta penurunan quality of life. AF post operatif merupakan penyebab penambahan lama rawat inap dan peningkatan biaya pengobatan.

Pemahaman akan patofisiologi yang mendasari AF serta manajemen terapi mutlak diperlukan. Pendekatan yang dilakukan pada penderita AF antara lain memberikan medikamentosa yang mengontrol rate, konversi irama, dan mencegah terjadinya tromboemboli. Obat antiaritmia dapat meningkatkan kemungkinan kembalinya irama sinus, namun tidak selalu mempengaruhi mortalitas secara keseluruhan. Meskipun telah banyak kemajuan pesat dalam hal prevensi rekurensi AF melalui pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis, prevensi primer dan modifikasi faktor resiko memiliki manfaat yang lebih besar pada populasi umum dibandingkan intervensi spesifik.

Selain itu diperkirakan pada dua pertiga pasien dengan atrial fibrilasi didapatkan kelainan jantung yang mendasari . Terdapat evidence yang menunjukkan bahwa hipertensi, diabetes mellitus, obesitas dan sindroma metabolik merupakan faktor resiko AF.

Statin adalah lipid lowering agent yang menghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzim A (HMG co-A reductase). Terapi statin terbukti efektif mengurangi morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler. Selain menurunkan kolesterol, statin memilki berbagai pleiotrophic effect. Berbagai evidence membuktikan peran statin dalam proteksi AF. Pemberian statin diharapkan dapat digunakan untuk prevensi terjadinya AF.



Naskah selengkapnya disini

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini