22 September 2011

Penyakit Kardiovaskuler Pada Penderita Kanker

Alida Avisiena, R. Moh. Yogiarto
Kanker dapat mengakibatkan komplikasi langsung maupun tidak langsung pada sistem kardiovaskuler. Komplikasi langsung dari neoplasia tersebut adalah tumor intrakardiak, komplikasi pada perikard, sindroma vena cava superior, komplikasi pada katub, iskemia pada jantung serta aritmia. Sedangkan komplikasi tidak langsung adalah hiperviskositas. Komplikasi kardiovaskuler yang sering terjadi akibat terapi kanker yaitu gagal jantung, iskemi miokard, hipertensi, tromboemboli, QT prolongation, bradikardi (Yeh, 2004)
Terjadinya kardiotoksisitas tergantung pada faktor-faktor yang terkait dengan terapi kanker yaitu : jenis obat, dosis yang diberikan, dosisi kumulatif, jadwal pemberian, cara pemberian, urutan pemberian, kombinasi dengan obat lain, atau terkait dengan radioterapi. Selain itu faktor dari penderita yaitu : umur, jenis kelamin, adanya faktor resiko kardiovaskuler, penyakit kardiovaskuler sebelumnya serta riwayat radioterapi pada daerah mediastinum. Peran kardiolog sangat diharapkan dalam manajemen penderita kanker. Sehingga diharapkan dapat dilakukan pemantauan dan penanganan yang tepat pada,komplikasi dan kardiotoksisitas akibat kemoterapi maupun radioterapi.

Naskah lengkap disini

17 September 2011

Penyakit Jantung Koroner dan Gagal Ginjal Kronis

Priscilia Myriarda, Muhammad Aminnuddin

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama pada penderita gagal ginjal kronis. Pada sebuah laporan kasus menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner dapat terjadi 10 tahun setelah didiagnosis menderita gagal ginjal kronis yang rutin menjalani dialysis. Padahal pada populasi normal, angka kejadian penyakit jantung koroner baru meningkat pada usia di atas 40 tahun. Hal ini menunjukkan adanya penyakit gagal ginjal kronis, sebagai faktor resiko, akan menyebabkan manifestasi penyakit jantung koroner pada usia yang lebih dini. Penderita gagal ginjal mempunyai resiko yang tinggi mengalami penyakit jantung koroner, padahal dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung koroner pada penderita gagal ginjal cukup sulit karena berbagai faktor perancu. Disamping itu penyakit gagal ginjal kronis dengan kondisi klerens yang jelek juga menyebabkan dilema dalam penatalaksanaan penyakit jantung koroner.


Naskah lengkap disini

PENGURUSAN STR

Persyaratan STR yang ditambahkan dari Berkas yang dikumpulkan ke TKP :

  1. Foto 4x6 warna 5 lembar (1 lembar ditempel di lembar P2KB lampiran 1)
  2. Formulir P2KB IDI (siapkan materai 1 buah Rp.6000 pada lampiran 2), pada lampiran 3 hanya mengisi ranah pembelajaran periode 2007-2011 (simposium, seminar, workshop), dapat diunduh disini
  3. Saat penyerahan berkas, disertakan fotokopi sertifikat simposium, seminar atau workshop yang diisi pada lampiran 3 P2KB, sertifikat asli ditunjukkan langsung pada verifikator IDI Surabaya (tidak diserahkan)
  4. Bagi yang belum memiliki NPA IDI Pusat, no NPA IDI dapat dikosongkan, pengurusan NPA diurus di cabang IDI asal masing-masing
  5. Pengisian surat pernyataan dan borang (siapkan 1 materai 6000 pada borang tahun 2007), jumlah pasien minimal 51 tiap bulannya, dapat diunduh disini
  6. Surat pernyataan dari Kadep atau KPS yang menyatakan status sebagai PPDS dan permohonan bantuan difasilitasi dalam resertifikasi (dapat dibuat secara kolektif), contoh format disini
  7. Bea pengurusan dan pengiriman yang dibayarkan ke IDI Surabaya
  8. Tanggal deadline pengumpulan dapat dikoordinasi dengan IDI Surabaya (Bu Eky)

15 September 2011

PROGRAM LATIHAN SEBAGAI BAGIAN REHABILITASI JANTUNG PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER

Riana Handayani, Soeharsohadi
Banyak studi yang mendokumentasikan
hubungan antara aktifitas fisik dan resiko terjadinya PJK. Diantaranya adalah Taylor yang mengevaluasi hubungan aktifitas fisik dan resiko PJK pada 190000 pekerja di AS. Studinya menunjukkan bahwa kematian karena PJK lebih tinggi pada pegawai toko (resiko relatif 2) dan pegawai dengan aktifitas fisik sedang (resiko relatif 1.5) dibandingkan dengan pekerja dengan aktifitas fisik yang tinggi. Studi Morris dilakukan pada 667 sopir bis dan kondektur menunjukan bahwa terjadinya PJK lebih rendah pada sopir dibandingkan kondektur. American Heart Association (AHA) menetapkan sedentary life style sebagai faktor resiko PJK yang dapat dimodifikasi. Diperkirakan sekitar 70% orang dewasa di Amerika relatif inaktif dan sekitar separuh dari remaja di sana tidak melakukan aktifitas fisik secara teratur. Sebenarnya aktifitas fisik tidak secara langsung berhubungan dengan faktor resiko PJK tetapi tingkat kebugaran. Walaupun demikian tingkat kebugaran diperoleh dari aktifitas fisik maupun program latihan yang teratur.

Naskah lengkap disini

Successful CTO Recanalization of Left Anterior Descending Artery by Retrograde Approach

Teguh W. Purnomo, Budi Baktijasa

Successful recanalization and percutaneous revascularization of coronary arteries with chronic total occlusion (CTO) is one of the ‘last frontiers’ in coronary interventions. Conquering this objective may enable complete percutaneous revascularization in an increasing number of patients. Revascularization of CTOs carries multiple theoretical advantages such as improvement in wall motion abnormalities and left ventricular function, and ultimately, increased long-term survival. The retrograde approach through a collateral artery is now thought to improve the success of percutaneous coronary intervention (PCI) for CTO. We present a case in which of a CTO of the osteal left anterior descending artery was successfully opened by the retrograde approach through a collateral from the right coronary artery, followed by successful angioplasty and stenting.


Naskah lengkap disini

13 September 2011

Bioabsorbable Stents

Teguh W. Purnomo, Yudi Her Oktaviono

In the present time, coronary stenting has become the default in percutaneous coronary intervention (PCI), are used as a mechanical means to overcome the major limitations of balloon angioplasty to scaffold and prevent of early recoil and late vascular remodeling. The major limitations of stents are thrombosis and restenosis. The role of stenting is temporary, until healing and reendothelialization are obtained. Beyond that, no utility or advantage for stents has been demonstrated and their presence could be a nidus for late thrombosis and chronic inflammation. Thus stenting technology has moved toward the development of temporary implants which mechanically support the vessel during a period of time and then completely biodegrade in the long term. Bioabsorbable stents are considered the next frontier of stenting and we will discuss their potential to fulfill this promise in interventional cardiology.

Naskah lengkap disini

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini