06 Oktober 2008

TERAPI STEM CELLS PADA PENYAKIT JANTUNG

Margono, Iswanto Pratanu

Walaupun terjadi kemajuan besar dalam pengobatan dan intervensi, gagal jantung yang diakibatkan oleh kerusakan iskemik yang berhubungan dengan aterosklerosis masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara maju. Bahkan dalam suatu penelitian dikatakan, mortalitas tahunan gagal jantung masih sebesar 7,2 % meskipun telah diberikan terapi medis terbaru.9,17

Mayoritas pasien gagal jantung memiliki riwayat penyakit arteri koroner atherosklerotik. Sebagai etiologi utama gagal jantung, penyakit jantung koroner terjadi pada lebih dari 70% pasien. Pada gagal jantung, sel jantung mengalami perubahan degeneratif, apoptosis dan hipertrofi. Sel yang sekarat atau mati di jantung tidak hanya terdiri dari sel-sel otot jantung, tetapi juga sel vascular atau sel non miogenik lain. Karena hilangnya miosit, jantung meningkatkan produksi jaringan fibrosis, sehingga menyebabkan pembentukan jaringan parut dan berkurangnya kontraktilitas.6,7,19
Transplantasi jantung masih menjadi pilihan terapi untuk pasien pada stadium akhir gagal jantung. Namun banyak hambatan untuk melakukan prosedur ini seperti : sedikitnya jumlah organ donor, reaksi penolakan imunitas, dan komplikasi infeksi dan sebagainya. Karena adanya hambatan-hambatan ini para peneliti mencari terapi alternatif yang dapat secara efektif memperbaiki jantung yang rusak dan secara permanen memulihkan fungsinya.
Naskah lengkap disini

INFARK ATRIAL

Musnidarti, Jatno Karyono

Kasus infark atrial (IA) adalah suatu kondisi yang jarang ditelaah. Infark atrial dideteksi sekitar 0.7-42 persen dari penemuan otopsi infark miokard akut (IMA). Secara elektrokardiografi IA ini juga jarang dikenali, tetapi dilaporkan terjadi 1 – 17 persen pada pasien dengan IMA (Man-Hong Jim, 2004; Chou TC, 1996).

Berdasarkan laporan klinis yang ada, hanya sedikit infark atrial yang terdiagnosis. Mungkin disebabkan dua faktor utama yaitu : pertama, gambaran klinis infark atrial tidak diketahui. Kedua, hasil diagnosis infark atrial hanya berdasarkan elektrokardiogram . Amplitudo yang rendah dari depolarisasi atrial dan repolarisasi atrial yang tertutup oleh kompleks ventrikel selama sinus ritme, menyulitkan diagnosis IA . Selain itu, IA sering terjadi bersamaan dengan infark ventrikel disertai aritmia atrial Tidak ada laporan mengenai hasil diagnosis infark atrial melalui ekokardiografi sebab sukar untuk mengamati gerakan atrial oleh ekokardiografi konvensional (Sasaki T, 1982; Liu, 1961).
Pada rangkaian 400 kasus otopsi yang dilakukan oleh studi klinikopatologik tentang infark atrial, didapatkan 46 kasus otopsi terbukti mengalami infark miokard akut atau infark lama. Mayoritas kasus dari IA ditemukan di atrium kanan (81-98%) dan atrial appendage kanan (RAA) terjadi 78% dari right-sided infarct dan bisa menghasilkan thrombus formation. Keterlibatan biatrial relatif sering (19-24%). Tempat lainnya adalah di dinding lateral atrial kanan, regio sinus nodus dan dinding posterolateral atrium kiri, dinding posterior atrial kanan dan aurikel atrial kiri. Didapatkan juga infark atrial disertai infark posterior ventrikel kiri disebabkan oleh lesi proksimal arteri koroner kanan, terutama sekali stenosis atau obstruksi berat (Chida K, 1992 , Man-Hong Jim, 2004).
Naskah lengkap disini

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini