Sri Hastuti, Jatno Karyono
Akhir-akhir ini terdapat suatu sindroma jantung yaitu suatu disfungsi ventrikel kiri yang ditemukan pada masyarakat Jepang. Sindroma ini disebut sebagai kardiomiopati tako-tsubo atau apical ballooning, suatu bentuk spesifik ventrikel kiri saat akhir sistolik yang tampak pada pemeriksaan ventrikulografi. Tako-tsubo adalah suatu pot dengan dasar bulat dan leher pendek yang digunakan untuk menangkap cumi-cumi di Jepang. Gambaran ini pertama kali ditemukan oleh Hikaru Sato dan Dote pada tahun 1991. Pavin dkk menyebutnya sebagia stress cardiomyopathy, oleh karena adanya disfungsi ventrikel kiri yang reversibel pada seseorang yang mengalami stres emosional. Tahun 2001 sindroma ini baru diperkenalkan di barat.Kelompok lain menyebut sebagai apical balloning, broken heart, scared of death syndrome, ampulla cardiomyopathy,neurogenic stunned cardiomyopathy, ,transient left ventricular dysfunction.. Kardiomiopati tako-tsubo juga dilaporkan terjadi pada masyarakat barat.
Gambaran spesifik dari fenomena ini yaitu :
- Adanya abnormalitas gerakan dinding ventrikel kiri (ballooning) berupa akinesia dan diskinesia disertai nyeri dada.
- Perubahan baru pada EKG (ST elevasi maupun T inversi)
- Tidak terdapat kelainan arteri koroner yang signifikan
- Tidak ada riwayat trauma kepala, perdarahan otak, phaeochromacytoma, miokarditis, kardiomiopati hipertropi.
Emosi dan stres fisik biasanya mencetuskan kardiomiopati ini, namun mekanisme
yang menerangkan keadaan ini belum jelas, dan disfungsi kontraksi ventikel kiri dapat membaik dengan cepat. Vasospasme multivessel arteri koroner epikardial, disfungsi mikrovaskuler koroner atau spasme, ganguan metabolisme asam lemak, obstuksi transient pada left ventricle outflow tract (LVOT ), dan disfungsi miokard yang dimediasi katekolamin diduga menjadi mekanisme penyebab kondisi ini. Penatalaksanaan yang optimal penderita ini terutama bergantung pada kondisi hemodinamik dan simptom.
Tinjauan kepustakaan bertujuan untuk mengetahui klinis sindroma Tako-tsubo dan modalitas untuk menegakkan diagnosa dan patofisiologinya.
Naskah lengkap dapat dibaca disini