Yusra Pintaningrum
Budi Baktijasa
Obat antiaritmia merupakan kelompok produk farmasi yang digunakan untuk melambatkan irama yang terlalu cepat dan mengkoreksi denyut jantung tidak teratur (aritmia kardiak), seperti fibrilasi atrial (atrial fibrillation / AF), gelepar atrial / GA (atrial flutter), takikardia ventrikuler (ventricular tachycardy / VT), dan fibrilasi ventrikuler (ventricular fibrillation / VF) Obat antiaritmia dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama dalam pencegahan kematian mendadak pada penyakit jantung struktural.
Lebih dari 400 tahun yang lalu, Paracelcus menulis “obat dapat menjadi suatu bahan yang tersembunyi, suatu racun, atau obat tergantung bagaimana menggunakannya dan dosis yang diberikan”. Pernyataan ini terutama berguna untuk obat antiaritmia, yang secara potensial menjadi efek toksik saat diresepkan pada pasien yang tidak tepat. Kebanyakan obat anti aritmia memiliki indeks terapeutik yang relatif sempit. Jika diresepkan dengan bijaksana, maka memiliki peran kunci untuk memperpanjang hidup penderita. Namun, jika obat atau regimen dosis tidak tepat, mengakibatkan efek pro aritmia sampai aritmia. Jadi, penggunaan optimal dari terapi obat anti aritmia tergantung dari pemahaman farmakodinamik dan farmakokinetik dari tiap obat anti aritmia.
Insiden aritmia bervariasi, tergantung jenis aritmianya. Menurut pedoman ACC/AHA/ESC tahun 2003, perkiraan prevalensi takikardia supraventrikular paroksismal (Paroxysmal Supraventricular Tachycardy / PSVT) dalam 3,5% sampel rekam medis Marshfield (Wisconsin) Epidemiologic Study Area (MESA) adalah 2,25 per 1000. Insiden PSVT pada survei ini 35 per 100 ribu orang per tahun. Umur berpengaruh terhadap kejadian takikardia supraventrikular (Supraventricular Tachycardy / SVT), rerata umur saat kejadian PSVT pada kohort MESA adalah 57 tahun. Jenis kelamin memiliki peranan pada epidemiologi SVT. Wanita pada populasi MESA memiliki resiko relatif dua kali lipat dibanding pria. Studi epidemiologi pada pasien GA pada individu di Marshfield Clinic didominasi kulit putih, pedalaman di tengah Wisconsin, dimana sekitar 60 % kasus terjadi GA pertama kali berkaitan dengan pemicunya, seperti bedah mayor, pneumonia, atau infark miokard akut / IMA). Sisanya, GA berhubungan dengan kondisi komorbid kronik seperti gagal jantung, hipertensi, dan penyakit paru kronik. Sementara itu, aritmia ventrikular tetap menjadi penyebab utama kematian yang berhubungan dengan sindroma koroner iskemi akut, yang diperkirakan terjadi 350 ribu kematian kardiak mendadak pertahun.
Untuk itu, pada makalah ini kami membahas macam mekanisme aritmia dan obat yang tepat untuk setiap jenis takiaritmia.
Lebih dari 400 tahun yang lalu, Paracelcus menulis “obat dapat menjadi suatu bahan yang tersembunyi, suatu racun, atau obat tergantung bagaimana menggunakannya dan dosis yang diberikan”. Pernyataan ini terutama berguna untuk obat antiaritmia, yang secara potensial menjadi efek toksik saat diresepkan pada pasien yang tidak tepat. Kebanyakan obat anti aritmia memiliki indeks terapeutik yang relatif sempit. Jika diresepkan dengan bijaksana, maka memiliki peran kunci untuk memperpanjang hidup penderita. Namun, jika obat atau regimen dosis tidak tepat, mengakibatkan efek pro aritmia sampai aritmia. Jadi, penggunaan optimal dari terapi obat anti aritmia tergantung dari pemahaman farmakodinamik dan farmakokinetik dari tiap obat anti aritmia.
Insiden aritmia bervariasi, tergantung jenis aritmianya. Menurut pedoman ACC/AHA/ESC tahun 2003, perkiraan prevalensi takikardia supraventrikular paroksismal (Paroxysmal Supraventricular Tachycardy / PSVT) dalam 3,5% sampel rekam medis Marshfield (Wisconsin) Epidemiologic Study Area (MESA) adalah 2,25 per 1000. Insiden PSVT pada survei ini 35 per 100 ribu orang per tahun. Umur berpengaruh terhadap kejadian takikardia supraventrikular (Supraventricular Tachycardy / SVT), rerata umur saat kejadian PSVT pada kohort MESA adalah 57 tahun. Jenis kelamin memiliki peranan pada epidemiologi SVT. Wanita pada populasi MESA memiliki resiko relatif dua kali lipat dibanding pria. Studi epidemiologi pada pasien GA pada individu di Marshfield Clinic didominasi kulit putih, pedalaman di tengah Wisconsin, dimana sekitar 60 % kasus terjadi GA pertama kali berkaitan dengan pemicunya, seperti bedah mayor, pneumonia, atau infark miokard akut / IMA). Sisanya, GA berhubungan dengan kondisi komorbid kronik seperti gagal jantung, hipertensi, dan penyakit paru kronik. Sementara itu, aritmia ventrikular tetap menjadi penyebab utama kematian yang berhubungan dengan sindroma koroner iskemi akut, yang diperkirakan terjadi 350 ribu kematian kardiak mendadak pertahun.
Untuk itu, pada makalah ini kami membahas macam mekanisme aritmia dan obat yang tepat untuk setiap jenis takiaritmia.
Naskah lengkap dapat dibaca disini