15 Desember 2010

GANGGUAN SISTEM SARAF AUTONOM PADA USIA LANJUT


Ni Gusti Putu Sri Andayani, Jusri Ichwani

Sistem saraf autonom merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang berperan penting dalam mempertahankan kondisi lingkungan dalam tubuh yang konstan (homeostasis) dengan pengaturan keseimbangan kerja dari komponen utamanya, yaitu: sistem saraf simpatis dan parasimpatis (Kincaid, 2003). Sejalan dengan proses menua terdapat kecenderungan penurunan kapasitas dan fungsi baik pada tingkat seluler maupun organ. Hal tersebut menyebabkan populasi usia lanjut sulit memelihara homeostasis tubuh sehingga lebih mudah mengalami disfungsi berbagai sistem organ, termasuk gangguan sistem saraf autonom baik terkait dengan penyakit maupun proses fisiologis (Setiati, 2007a).

Gangguan sistem saraf autonom dapat berdampak luas pada berbagai organ atau proses metabolisme dan bersifat reversibel maupun progresif sehingga sering mengganggu kualitas hidup usia lanjut (Shellil, 2004; Setiati, 2007a). Manifestasi klinis gangguan sistem saraf autonom sangat bervariasi tergantung pada jumlah faktor termasuk organ yang terlibat, keseimbangan normal persarafan simpatis-parasimpatis, dan penyakit yang mendasari (Mathias, 2003). Suatu analisa epidemiologi global menyebutkan bahwa gangguan sistem saraf merupakan penyebab penting kematian (1:9) dan ketidakmampuan beraktifitas di seluruh dunia terutama di negara berkembang (Bergen, 2002).

Gangguan autonom pada usia lanjut yang sering terjadi dan perlu mendapat perhatian adalah hipotensi ortostatik, gangguan pengaturan suhu, kandung kemih dan saluran cerna (Martono, 2009). Prevalensi hipotensi ortostatik pada usia lanjut relatif tinggi berkisar 5-50% dan berhubungan dengan bertambahnya usia (Weiss, 2002; Weiss, 2004; Braunwald, 2008). Caird dkk melaporkan kejadian hipotensi ortostatik pada usia lanjut (> 65 tahun) yang tinggal di rumah dengan penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg, 30 mmHg, 40 mmHg, berturut-turut sebesar 24 %, 9 %, dan 5% (Victor, 2000). Gangguan pengaturan suhu juga ditemukan sering terjadi dan secara signifikan meningkatkan angka morbiditas serta mortalitas pada populasi usia lanjut dibandingkan usia muda. Data insidensi maupun prevalensi hipotermia maupun hipertermia yang pasti masih sangat terbatas. Berdasarkan data statistik di Canada, didapatkan angka kematian akibat hipotermia, frostbite, dan trauma oleh suhu dingin sebesar 411 selama periode tahun 1992-1996, sedangkan di Amerika Serikat > 700 kasus kematian per tahun selama periode tahun 1979-1995 dan setengahnya berumur > 65 tahun (Biem, 2003). Hipertermia terbanyak menyerang usia lanjut dengan penyakit kronis dengan angka kematian dapat mencapai 80% (Kane, 2009). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 1.700 orang per tahun dilaporkan meninggal di Amerika Serikat sebagai akibat heat stroke saat cuaca panas dan sekitar 80% terjadi pada usia > 50 tahun (Angelo, 2008). Impotensi dan inkontinensia meningkat sejalan dengan peningkatan usia namun kedua keadaan tersebut dapat disebabkan oleh sejumlah proses lainnya (Victor, 2000). Demikian juga, konstipasi merupakan keluhan terbanyak dari saluran cerna pada usia lanjut, namun batasannya tidak tegas dan memiliki patogenesis bervariasi, mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih (Kris Pranarka, 2009).

Mengingat tingginya resiko dan luasnya dampak yang ditimbulkan, maka diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai gangguan sistem saraf autonom pada usia lanjut sehingga dapat memberikan perbaikan kualitas hidup, penurunan morbiditas dan mortalitas. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gangguan sistem saraf autonom secara umum dan beberapa manifestasi klinis yang sering terjadi pada usia lanjut, seperti : hipotensi ortostatik dan gangguan pengaturan suhu (hipotermia dan hipertermia).

Naskah selengkapnya disini

HORMON TIROID DAN SISTEM KARDIOVASKULER


Iman Haryana, Ari Sutjahjo

Tiroid berasal dari bahasa Yunani, thyreos yang berarti perisai dan eidos yang berarti bentuk. Hormon tiroid merupakan hormon yang mempengaruhi berbagai metabolisme tubuh, sistem kardiovaskuler, sistem saraf pusat, kulit, saluran makanan, hati, gonad, laktasi dan pertumbuhan tubuh. Kelainan pada hormon tiroid akan mengakibatkan terjadinya perubahan dari sistem kardiovaskuler. Hipertiroid (tirotoksikosis) dan hipotiroid merupakan akibat dari kelainan hormon tiroid (Jamerson,2009; Sutjahjo,2007; Djokomoeljanto, 2006; Klein, 2008).

Tirotoksikosis adalah keadaan atau sindroma klinis karena adanya kelainan-kelainan fisiologis dan biokemis yang kompleks dari jaringan akibat kenaikan kadar hormon tiroid dalam sirkulasi. Hipertiroid adalah hiperaktivitas dari kelenjar tiroid. Tirotoksikosis dapat disebabkan kelainan pada kelenjar tiroid seperti : penyakit Grave, adenoma toksik tiroid, struma multinodusa toksik, tiroiditis sub akut, tirotoksikosis faktitia, tiroiditis hashimoto fase hipertiroid, karsinoma tiroid dan kelainan di luar kelenjar tiroid seperti tumor hipofisis. Prevalensi penyakit Grave kira-kira 0,5 % dari seluruh populasi dan 50-80% penyebab hipertiroid (Sutjahjo ,2007; Fritzgerald ,2009; Brent, 2008).

Hipotiroid adalah suatu keadaan klinis yang diakibatkan kekurangan hormon tiroid apapun sebabnya. Hipotiroid dapat disebabkan thyropivic (tidak adanya kelenjar tiroid), defisiensi Iodium, goitrous, tiroiditis Hashimoto, tiroiditis sub akut, terapi iodium radioaktif dan tiroidektomi subtotal pada penyakit Graves, gangguan fungsi hipofisis dan hipotalamus (Sutjahjo,2007). Prevalensi hipotiroidisme diperkirakan mencapai 3 sampai 4 persen dari seluruh penyakit dan 7 sampai 10 persen untuk bentuk penyakit ringan. Hipotiroid timbul lebih dari 1% pada populasi umum dan meningkat menjadi 5 % pada usia di atas 60 tahun. Berdasarkan jenis kelamin sekitar 1,5-2% pada wanita dan 0,2 % pada laki-laki (Fritzgerald, 2009; Mandel, 1993).

Hormon tiroid memiliki bermacam efek pada sistem kardiovaskuler. Kelainan pada hormon tiroid akan mengakibatkan gangguan pada sistem kardiovaskuler (Clemmons, 2004).


Naskah selengkapnya disini

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini