Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan penyebab utama perawatan di rumah sakit. Penyakit jantung koroner (PJK) menempati hampir 70 % penyakit kardiovaskuler. PJK disebabkan karena penyempitan/stenosis pada pembuluh darah koroner dengan presentasi klinis berupa iskemik miokard.
Dalam rangka menurunkan angka mortalitas akibat PJK berbagai teknologi telah dikembangkan baik invasive maupun noninvasive guna mendeteksi adanya iskemik miokard akibat stenosis koroner.1
Ekokardiografi merupakan salah satu sarana diagnostik noninvasive yang dapat mengetahui adanya iskemik miokard baik dalam keadaan istirahat maupun aktifitas fisik. Normal resting ekokardiografi tidak menyingkirkan adanya iskemik miokard, hal ini disebabkan karena beberapa kemungkinan : pertama, stenosis ringan yang belum mencetuskan iskemik saat istirahat. Kedua, stenosis berat namun ditopang dengan kolateral yang memadai atau pasokan oksigen masih mencukupi kebutuhan miokard saat istirahat. Untuk memastikan adanya iskemik miokard dilakukan stres pada jantung sehingga kebutuhan oksigen miokard meningkat atau pasokan oksigen berkurang, uji ini disebut stress echocardiography (SE)2
SE didasarkan pada konsep timbulya atau memburuknya kontraktilitas miokard regional akibat iskemik yang terdeteksi pada analisa gerakan dinding jantung. Ada dua kelompok SE yaitu ekokardiografi stres fisik (exercise stress echo) dan ekokardiografi stres farmakologi (pharmacology stress echo)2,3.
Pada Tinjauan Pustaka ini akan membahas aplikasi klinis Ekokardiografi stress dobutamin atau Dobutamine stress echocardiograppy (DSE) yang merupakan salah satu contoh dari Pharmacology stress echo.
Naskah lengkap disini