Riana Handayani
Venous Thromboembolism (VTE), meliputi Deep Vein Thrombosis (DVT) and Pulmonary Embolism (PE) adalah penyakit vaskular tersering setelah penyakit jantung koroner dan stroke. Diperkirakan 45.000 pasien di Kanada terdiagnosa sebagai DVT.
Sekitar 90% PE berasal dari trombus pada ekstremitas bawah. Suatu studi prospektif menemukan bahwa 82% pasien yang secara angiografi terbukti PE, secara venografi juga terbukti DVT. Pasien-pasien dengan PE masif, DVT hanya teridentifikasi secara klinis hanya 50%. Kira-kira 45% DVT pada vena iliaca dan vena femoralis dapat lepas menjadi emboli hingga ke arteri pulmonalis.
PE mempunyai potensi komplikasi yang fatal dan serius akibat pembentukan trombus didalam sirkulasi vena. Sampai saat ini PE tetap memberikan tantangan tersendiri kepada klinisi baik dalam hal profilaxis, modalitas diagnostik maupun pemilihan terapi. Di Amerika Serikat diperkirakan PE terjadi pada lebih dari 600.000 pasien dan menyumbang 50.000-200.000 kematian. Bahkan diperkirakan PE menyumbang 15% kematian di rumah sakit.
Studi-studi membandingkan terapi trombolitik dengan heparin pada PE masif dan submassif menunjukkan resolusi bekuan yang cepat pada pasien yang mendapat terapi trombolitik. Penurunan angka mortalitas terjadi pada pasien PE masif seiring dengan terapi trombolitik terjadi perbaikan hemodinamik, fungsi ventrikel kanan, perfusi pulmonar dan penurunan resiko rekurensi tromboemboli.
Berikut adalah kasus seorang wanita dengan PE dan DVT yang mendapat terapi trombolitik.