Agung Prasetiyo, Djoko Soemantri
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis progresif yang menyebabkan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. DM merupakan faktor resiko independen terjadinya gagal jantung. Rangsangan neurohormonal memegang peranan pada patofisiologi terjadinya resistensi insulin, cardiovascular event, dan progresifitas gagal jantung. Penelitian Framingham menyatakan resiko terjadinya gagal jantung pada DM ±2,4 kali pada laki-laki dan ±5 kali lebih besar pada wanita. Kontrol glukosa yang buruk menurut United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) meningkatkan resiko gagal jantung pada DM tipe II. (Fonarow, 2005). Hubungan antara DM dan gagal jantung multifaktor dan kemungkinan berupa hubungan timbal balik, diabetes meningkatkan risiko terkena gagal jantung dan tampaknya meningkatkan risiko diabetes. Berdasarkan hasil penelitian UKPDS, setiap peningkatan HbA1c sebesar 1% akan meningkatkan resiko gagal jantung sebanyak 12%. Kardiomiopati diabetik merupakan penyebab utama gagal jantung pada penderita DM tipe I dan II (Roman, 2005; Kamalesh, 2007).
Lihat disini
23 Oktober 2011
Adiponektin dan Aterosklerosis
Yusdeny lanasakti, Iswanto Pratanu
Epidemi obesitas telah terjadi di seluruh dunia saat ini dan disertai dengan peningkatan prevalensi cardiovascular disease (CVD), seperti stroke dan serangan jantung. Disfungsi jaringan adiposa pada obesitas berhubungan dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) karena adipose mengeluarkan banyak lipid bioaktif dan beberapa adipokines yang memiliki efek merugikan pada sistem kardiovaskular. Adiponektin adalah salah satu dari beberapa adipokines yang memiliki efek bermanfaat pada sensitivitas insulin dan kesehatan kardiovaskuler (Maury, 2010: Ouchi, 2011) Banyak penelitian telah menemukan defisiensi adiponektin (hypoadiponectinemia) sebagai faktor risiko independen untuk PJK (Ai, 2011). Pada hewan coba, peningkatan adiponektin plasma oleh pendekatan farmakologis atau genetik berhasil mengendalikan obesitas yang berhubungan dengan disfungsi endotel dan hipertensi dan juga mencegah aterosklerosis, infark miokard dan diabetic cardiomyopathy. Lebih lanjut, banyak efek farmakologi dari beberapa obat seperti thiazolidinediones (TZDs), yang dimediasi oleh induksi adiponektin dan sebaliknya, beberapa obat ditemukan dapat menaikkan kadar adiponektin plasma seperti statins, angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors dan TZDs ( Han, 2007).
Lihat disini
Epidemi obesitas telah terjadi di seluruh dunia saat ini dan disertai dengan peningkatan prevalensi cardiovascular disease (CVD), seperti stroke dan serangan jantung. Disfungsi jaringan adiposa pada obesitas berhubungan dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) karena adipose mengeluarkan banyak lipid bioaktif dan beberapa adipokines yang memiliki efek merugikan pada sistem kardiovaskular. Adiponektin adalah salah satu dari beberapa adipokines yang memiliki efek bermanfaat pada sensitivitas insulin dan kesehatan kardiovaskuler (Maury, 2010: Ouchi, 2011) Banyak penelitian telah menemukan defisiensi adiponektin (hypoadiponectinemia) sebagai faktor risiko independen untuk PJK (Ai, 2011). Pada hewan coba, peningkatan adiponektin plasma oleh pendekatan farmakologis atau genetik berhasil mengendalikan obesitas yang berhubungan dengan disfungsi endotel dan hipertensi dan juga mencegah aterosklerosis, infark miokard dan diabetic cardiomyopathy. Lebih lanjut, banyak efek farmakologi dari beberapa obat seperti thiazolidinediones (TZDs), yang dimediasi oleh induksi adiponektin dan sebaliknya, beberapa obat ditemukan dapat menaikkan kadar adiponektin plasma seperti statins, angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors dan TZDs ( Han, 2007).
Lihat disini
Langganan:
Postingan (Atom)
Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair
Non Scholae Sad Vitae