31 Oktober 2011

Peran Ekokardiografi Pada Atrial Fibrilasi

Ratih R. Pasah, Rochmad Romdoni

Atrial fibrilasi (atrial fibrillation/AF) merupakan aritmia ja
ntung yang paling umum dan dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas. Kemajuan terbaru dalam teknologi dan dalam memahami patofisiologi AF menyebabkan pendekatan terapeutik yang lebih definitif dan berpotensi kuratif. Dalam pengaturan ini, ekokardiografi memiliki peran unik dan penting dalam penilaian struktur dan fungsi jantung, stratifikasi risiko dan sebagai pedoman dalam penatalaksanaan AF sehingga penggunaan ekokardiografi semakin meningkat, termasuk ekokardiografi transesofageal (transesophageal echocardiography/TEE) dalam menuntun kardioversi atau mendeteksi sumber emboli jantung.

Lihat disini

30 Oktober 2011

JADWAL JAGA PPDS KARDIOLOGI NOVEMBER 2011

OUT BOND TAMAN DAYU 15 - 16 OKTOBER 2011

DAY 2 (TWO)









































































See you next year.....

OUT BOND TAMAN DAYU 15 - 16 OKTOBER 2011

DAY 1 (ONE)





































Pengajuan Judul Ilmiah Tinjauan Kepustakaan dan Kasus SMF Kardiologi UNAIR

Terkait dengan pengajuan judul ilmiah (tinjauan kepustakaan maupun kasus) oleh teman-teman PPDS Kardiologi maupun yang stase Kardiologi , berikut ini list yang dapat menjadi acuan pemilihan judul, judul dapat berulang jika sudah melebihi periode 2 tahun.

BTK

PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA USIA LANJUT

Arie K. Dewi, Muhammad Aminuddin

Usia lanjut merupakan prediktor kuat terjadinya penyakit arteri koroner pada individu. (Odden, 2011) Studi otopsi menunjukkan bahwa prevalensi penyakit koroner obstruktif meningkat kurang lebih 10-20% pada dekade empat hingga 50-70% pada dekade delapan. (Lakatta, 2008) Angka kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) diperkirakan meningkat 50% selama 30 tahun ke depan. (Odden, 2011)

Meningkatnya usia juga dikaitkan dengan keadaan atherosklerosis yang lebih berat dan menyeluruh serta sering disertai kerusakan ventrikel kiri, dengan kejadian tiga penyakit pembuluh dan penyakit arteri koroner kiri utama menjadi dua kali lipat antara usia 40-80 tahun. Penilaian klinis penderita penyakit arteri koroner yang berusia lanjut sering terhambat oleh penyakit dasar lain yang membuat interpretasi gejala iskemi menjadi sulit. Komorbid yang telah ada, turut membuat tes diagnostik dan terapi di bidang kardiologi lebih menantang untuk mereka yang berusia lanjut. (Lakatta, 2008)


Lihat disini

23 Oktober 2011

GAGAL JANTUNG PADA DIABETES MELLITUS

Agung Prasetiyo, Djoko Soemantri

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis progresif yang menyebabkan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. DM merupakan faktor resiko independen terjadinya gagal jantung. Rangsangan neurohormonal memegang peranan pada patofisiologi terjadinya resistensi insulin, cardiovascular event, dan progresifitas gagal jantung. Penelitian Framingham menyatakan resiko terjadinya gagal jantung pada DM ±2,4 kali pada laki-laki dan ±5 kali lebih besar pada wanita. Kontrol glukosa yang buruk menurut United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) meningkatkan resiko gagal jantung pada DM tipe II. (Fonarow, 2005). Hubungan antara DM dan gagal jantung multifaktor dan kemungkinan berupa hubungan timbal balik, diabetes meningkatkan risiko terkena gagal jantung dan tampaknya meningkatkan risiko diabetes. Berdasarkan hasil penelitian UKPDS, setiap peningkatan HbA1c sebesar 1% akan meningkatkan resiko gagal jantung sebanyak 12%. Kardiomiopati diabetik merupakan penyebab utama gagal jantung pada penderita DM tipe I dan II (Roman, 2005; Kamalesh, 2007).

Lihat disini

Adiponektin dan Aterosklerosis

Yusdeny lanasakti, Iswanto Pratanu

Epidemi obesitas telah terjadi di seluruh dunia saat ini dan disertai dengan peningkatan prevalensi cardiovascular disease (CVD), seperti stroke dan serangan jantung. Disfungsi jaringan adiposa pada obesitas berhubungan dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) karena adipose mengeluarkan banyak lipid bioaktif dan beberapa adipokines yang memiliki efek merugikan pada sistem kardiovaskular. Adiponektin adalah salah satu dari beberapa adipokines yang memiliki efek bermanfaat pada sensitivitas insulin dan kesehatan kardiovaskuler (Maury, 2010: Ouchi, 2011) Banyak penelitian telah menemukan defisiensi adiponektin (hypoadiponectinemia) sebagai faktor risiko independen untuk PJK (Ai, 2011). Pada hewan coba, peningkatan adiponektin plasma oleh pendekatan farmakologis atau genetik berhasil mengendalikan obesitas yang berhubungan dengan disfungsi endotel dan hipertensi dan juga mencegah aterosklerosis, infark miokard dan diabetic cardiomyopathy. Lebih lanjut, banyak efek farmakologi dari beberapa obat seperti thiazolidinediones (TZDs), yang dimediasi oleh induksi adiponektin dan sebaliknya, beberapa obat ditemukan dapat menaikkan kadar adiponektin plasma seperti statins, angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors dan TZDs ( Han, 2007).

Lihat disini

21 Oktober 2011

PERIKARDITIS UREMIK

Franky Renato Anthonius, Achmad Lefi

Penyakit ginjal kronis (PGK) hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang penting diseluruh dunia. Di Amerika Serikat PGK dikenal sebagai salah satu masalah kesehatan utama yang diderita sekitar 13% populasi. Prevalensi PGK diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup dan peningkatan prevalensi hipertensi dan diabetes melitus sehingga membawa konsekuensi peningkatan komplikasi PGK termasuk diantaranya pada sistem kardiovaskuler (Coresh, 2007).
Sebelum era terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy/RRT) timbulnya perikarditis pada penderita PGK stadium akhir (end stage renal disease/ESRD) berarti vonis mati. Kematian sering terjadi dalam 2 minggu setelah timbulnya perikarditis pada penderita tersebut sebelum era dialisis dan transplantasi (Alpert, 2003). Meskipun prognosis perikarditis pada penderita ESRD saat ini secara dramatis jauh lebih baik berkat penemuan dan perkembangan terapi dialisis maupun transplantasi, para ahli beranggapan bahwa keterlibatan perikardium dalam ESRD tetap merupakan penyebab penting kecacatan maupun kematian (Wood, 2001). Keterlibatan perikard pada ESRD umumnya bermanifestasi sebagai perikarditis dan dapat berkomplikasi sebagai efusi perikard, tamponade jantung, perikarditis berulang, dan perikarditis konstriktif (Alpert, 2003; Lange, 2004).

Lihat disini

18 Oktober 2011

PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS PENYAKIT ARTERI PERIFER PADA DIABETES

Akhtar Fajar, M Ari Sutjahjo

Penyakit arteri perifer atau peripheral arterial disease (PAD) merupakan suatu kumpulan kelainan yang ditandai oleh penyempitan atau oklusi arteri yang dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan ke ekstremitas. Pasien yang menderita PAD dapat asimtomatik namun jika penyakit ini bertambah parah, penderita umumnya mengalami morbiditas yang bermakna serta penurunan kualitas hidup sebagai akibat dari oklusi arteri perifer seperti klaudikasio intermiten serta gejala critical limb ischemia (CLI) yang ditandai dengan nyeri pada ekstremitas pada saat istirahat, ulserasi iskemik ataupun gangren. Pasien diabetes yang menderita PAD memiliki resiko tinggi terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular. Oleh karena jumlah penderita diabetes mellitus (DM) sangat banyak (120-140 juta orang) di seluruh dunia dan adanya kenyataan bahwa pasien diabetes memiliki risiko yang tinggi untuk menderita PAD maka implikasi dari masalah ini menjadi sangat besar.

Lihat disini

17 Oktober 2011

KELAINAN SISTEM KARDIOVASKULAR PADA KONDISI HIPOTIROID

Ach. Syaiful Ludfi Ahmad Lefi

Hormon tiroid memiliki berbagai efek pada sistem kardiovaskular, baik hipertiroidisme dan hipotiroidisme dapat menyebabkan suatu penyakit kardiovaskular. Hipertiroidisme akan menyebabkan suatu kondisi hiperdinamik pada kardiovaskular seperti detak jantung yang semakin cepat, peningkatan kontraksi dan relaksasi pada ventrikel kiri, dan atrial fibrilasi. Hipotiroidisme dapat menyebabkan perubahan kardiovaskular yang sebaliknya, dan berhubungan dengan suatu peningkatan resiko aterosklerosis dan penyakit jantung iskemik. Kegagalan fungsi tiroid yang simptomatis terjadi pada sekitar 1-2% penduduk dan cenderung lebih banyak pada wanita. Kondisi ini bisa terjadi karena terapi dengan radioiodine atau pembedahan pada penyakit Graves, atau karena penyakit autoimun yang menyebabkan atrofi kelenjar tiroid, atau tiroiditis Hashimoto yang ditandai dengan pembesaran tiroid yang difus.

Lihat disini

16 Oktober 2011

GUIDEWIRE PADA TINDAKAN ANGIOPLASTY KORONER

Gusti Rifansyah, Yudi Her Oktaviono

Teknik invasif guna revaskularisasi miokard pada penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner (PJK) dapat berupa bedah pintas arteri koroner (coronary artery bypass graft/CABG) atau tindakan kateterisasi. Bedah pintas arteri koroner telah lebih dulu dikenal dalam penatalaksaan Penyakit Jantung Koroner (PJK) yaitu sejak tahun 1968. Sementara itu sebagai salah satu modalitas terapi, tindakan kateterisasi berupa percutaneous transluminal coronary angioplasty/PTCA baru pertama kali dilakukan pada September 1977 oleh seorang ahli radiologi berkebangsaan Swiss bernama Andreas Gruenzig. Pada saat dilakukannya tindakan Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA), akan dimasukkan stent dengan bantuan kawat penuntun koroner (coronary guidewire/GW) ke arteri yang mengalami sumbatan. GW adalah kawat yang dirancang khusus untuk tindakan angioplasty guna memasukkan dan menempatkan kateter balon ataupun perangkat lainnya di dalam pembuluh darah koroner. Kawat ini mempermudah pengaturan perangkat intervensi lainnya serta dapat pula berfungsi sebagai alat pengukur.

Lihat disini

15 Oktober 2011

Peran Intraoperatif Transesofageal Ekokardiografi Pada Operasi Katup Mitral

Meity Ardiana, Budi. S. Pikir

Intraoperatif TEE pada operasi katup menurut American Society of anestesi (ASA) dan Society of Cardiovascular Anesthesiologists (SCA) Task tidak digunakan rutin diindikasikan kelas II. Sedangkan menurut American College of Cardiology / American Heart Association (ACC / AHA) Task Force, update pada tahun 2003 menjelaskan intraoperatif TEE pada penggantian katup diindikasi kelas II. Menurut Lambert dan rekan, TEE dapat mengevaluasi struktur dan mobilitas daun katup, komisura, annulus, apparatus subvalvular, ukuran ventrikel serta derajat dan arah jet regurgitasi mitral dengan akurasi antara 70% sampai 97%.
Benson dan Cahalan mengatakan TEE intraoperatif , menghematan US$ 450 pada perbaikan katup mitral, tetapi pada penggantian katup didapatkan biaya tambahan US$ 150. Ionescu dan rekan menyimpulkan intraoperatif TEE efektif pada operasi penggantian katup, jika diberikan tanpa biaya besar, karena efek samping yang minim (komplikasi pra operasi 3 pasien dan komplikasi pasca operasi 2 pasien di antara 300 pasien). Studi terbaru oleh Fanshawe, melaporkan perubahan prosedur operasi pada 24 kasus dari 430 pasien karena hasil pemeriksaan TEE intraoperatif. Lima kasus penyakit katup mitral, 1 kasus katup tricuspid dan 18 kasus paten foramen ovale diidentifikasi saat operasi. Mengingat pentingnya peran intraoperatif TEE operasi katup mitral, kami akan membahasnya dalam tinjauan pustaka ini.

Lihat disini

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini