01 Oktober 2011

Operasi Penggantian Katup Mitral pada Mitral Regurgitasi Akibat Myxoma Atrium Kiri

Priscilia Myriarda, Agus Subagjo

Tumor primer pada jantung secara keseluruhan sangat jarang terjadi. Biasanya ditemukan pada saat otopsi sebanyak 0.001-0.28%. Hampir 75% dari kasus tumor primer jantung bersifat jinak yaitu Myxoma. Frekuensi terjadinya Myxoma meningkat pada usia dekade 3 sampai 6. Angka kejadian pada wanita 2 kali lebih banyak dibandingkan laki-laki. Lebih dari 90% kasus Myxoma terjadi di atrium kiri dimana biasanya melekat pada septum atrium atau dekat dengan fosa ovalis.
Tumor primer jantung bisa asimptomatis. 12% kasus ditemukan secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan kesehatan biasa. Gejala dan tanda yang sering muncul yaitu gagal jantung, hipertensi pulmonal akibat obstruksi ruang jantung, emboli sistemik di otak dan perifer. Mitral regurgitasi jarang terjadi pada pasien dengan myxoma atrium kiri. Berdasarkan pengamatan Keeling dan kawan-kawan (2002) dari 49 kasus myxoma jantung yang dioperasi selama 24 tahun, hanya ditemukan 1 kasus (2,7%) yang mengalami komplikasi mitral regurgitasi (prolaps katup mitral).

Lihat disini

FENOMENA “NO REFLOW” TINDAKAN INTERVENSI KORONER PERKUTAN PADA SEORANG PENDERITA RECENT INFARK MIOKARD

Gusti Rifansyah, Iswanto Pratanu

Fenomena “no reflow” didefinisikan sebagai perfusi miokard yang kurang memadai pada segmen tertentu sirkulasi koroner tanpa adanya bukti angiografik terjadinya obstruksi mekanik pembuluh darah. Penurunan aliran darah antegrade epikardial dapat terjadi selama intervensi koroner perkutan (PCI), meskipun tanpa obstruksi mekanik, seperti pada diseksi atau embolisasi distal.

Istilah “no reflow” pertama kali digunakan oleh Majno dan rekan tahun 1967 pada kondisi iskemia otak. Fenomena ini awalnya dijelaskan oleh Krug dan rekan selama infark miokard yang diinduksi pada anjing pada tahun 1966 dan sekali lagi oleh Kloner dan rekan pada tahun 1974 di mana fenomena ini terjadi setelah oklusi temporer arteri koroner epikardial selama 90 menit.

Lihat disini

PENANGANAN INTERVENSI KORONER PERKUTAN PADA PENDERITA UNPROTECTED LEFT MAIN CORONARY ARTERY DENGAN TEHNIK SINGLE STENT CROSSOVER

Infan Ketaren, Iswanto Pratanu

Pembedahan CABG masih merupakan standar penanganan dari penyakit LMCA, sementara itu intervensi koroner telah dikontraindikasikan karena hasil yang inferior setelah penggunaan balloon angioplasty dan bare metal stenting (BMS). Tetapi data terbaru memperlihatkan bahwa drug-eluting stenting (DES) dari unprotected left main coronary artery (ULMCA) merupakan suatu alternatif terhadap operasi CABG. Keterbatasan yang utama dari DES pada ULMCA adalah restenosis, khususnya lesi bifurkasio distal, dan trombosis stent yang dapat menyebabkan konsekuensi katastropik, termasuk kematian mendadak. Kemajuan terkini dalam tehnik intervensi dan farmakologi telah menantang pemikiran konvensional bahwa stenosis LMCA yang signifikan hanya dapat dilakukan pembedahan. Pengenalan stenting koroner telah mengevaluasi ulang terhadap peran PCI sebagai pilihan terapi pada penyakit LMCA, dan adanya ketersediaan DES yang luas, bersamaan dengan peningkatan tehnik stenting dan peralatannya, termasuk pencitraan intravascular ultrasound (IVUS) dan antiplatelet yang efektif menyebabkan peningkatan penggunaan PCI disamping CABG pada pasien dengan penyakit LMCA.

Lihat disini

Toxic Heart Valvulopathy

Teguh W. Purnomo, Budi Susetyo Pikir

Hubungan antara obat-obatan tertentu dengan lesi valvular, diidentifikasikan sebagai etiologi ‘baru’ penyakit katup jantung dan dikenal dengan istilah valvulopati jantung toksika (toxic heart valvulopathy/ drug-induced valvular heart disease,VHD).
Awalnya, ditemukan reaksi fibrotik pleuropulmonal dan retroperitoneal pada penggunaan obat-obatan derivat ergot, seperti methysergide dan ergotamine. Pada tahun 1997, fenfluramine dan phentermine (Fen-Phen), keduanya merupakan penekan rasa lapar (appetite suppressant), ditarik dari peredaran setelah adanya laporan kejadian penyakit katup jantung pada wanita muda. Terakhir pada tahun 2007, obat-obatan derivat ergot, seperti pergolide dan cabergoline ditarik dari peredaran karena dicurigai menginduksi kejadian regurgitasi valvular.
Masih terdapat kontroversi mengenai insiden valvulopati toksika, tetapi semua data klinis yang tersedia bersamaan dengan reprodusibilitas studi prospektif pada hewan coba membuktikan bahwa valvulopati toksika benar-benar ada.

Lihat disini

MANAGEMENT HOCM : MANA YANG LEBIH SUPERIOR, MEDIKAMENTOSA, INTERVENSI ATAU SURGICAL

Primasari Ragawanti, Agus Subagjo

Hypertrophic cardiomyopathy (HCM) adalah kelaianan jantung genetik yang kompleks dan relatif umum (sekitar 1:500 pada populasi dewasa umum), lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya. Kejadian HCM terjadi sama pada pria-wanita dan pada berbagai ras dan negara, meskipun tampaknya under-diagnosed pada wanita, minoritas, serta populasi miskin. HCM berkarakteristik hipertropi asimetrik septum dengan atau tanpa obstruksi dinamik outflow tract serta peningkatan diastolic filling pressure (diastolic dysfunction). HCM adalah kelainan miokard primer dengan pola penurunan autosomal, heterogeneous dari sarkomer yang mencakup lebih dari 150 mutasi berbeda pada lebih dari 10 protein kontraktil. Ada kepentingan klinis untuk membedakan antara bentuk HCM obstruktif selanjutnya disebut Hypertrophic Obstructive Cardiomyopathy (HOCM) dengan HCM nonobstruktif, berdasar ada/tidaknya gradien outflow LV selama istirahat dan/atau kondisi provokasi. Obstruksi LVOT mencapai 20% hingga 30% dari pasien dengan HCM namun studi terbaru mengetengahkan bahwa obstruksi dapat hadir hingga 70% pada pasien dengan peningkatan aktivasi simpatik di bawah kondisi latihan.

Lihat disini

KELAINAN SISTEM ENDOKRIN DAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR

Puspita Mayang Sari, Rochmad Romdoni

Hubungan antara kelainan kardiovaskular dengan perubahan patologis kelenjar endokrin telah lebih dulu ditemukan daripada identifikasi hormon-hormon spesifik yang di produksi oleh kelenjar tersebut. Pendekatan ini memberikan kesempatan kita untuk lebih mengetahui mekanisme beberapa hormon dalam mempengaruhi sistim kardiovaskular melalui kerjanya pada miosit jantung, sel otot polos pembuluh darah, sel-sel target dan jaringan lainnya.Kelainan kardiovaskular yang terkait dengan perubahan patologis kelenjar endokrin menunjukkan bahwa hormon dapat berinteraksi dengan sistem kardiovaskular.Kelebihan atau kekurangan hormon hipofisis, adrenal, paratirod, tiroid dan gonad dapat menghasilkan gangguan kardiovaskular yang biasanya dapat membaik jika dilakukan koreksi dari penyakit endokrin yang mendasari.Berikut akan dibahas tentang pengaruh perubahan patologis sistem endokrin terhadap penyakit kardiovaskular.

Naskah lengkap disini

Jadwal Jaga PPDS Kardio Oktober 2011

Media Edukasi dan Silaturahmi Alumni & PPDS Kardiologi Unair

Non Scholae Sad Vitae

Google
WWW Blog ini