Saskia Dyah Handari, Iwan N Boestan
Pada beberapa dekade terakhir ini, paradigma tentang patofisiologi penyakit arteri koroner (coronary artery diseases-CAD) telah banyak mengalami perkembangan, dan hal ini mempengaruhi terjadinya perubahan konsep dan pendekatan klinis. Dalam pemahaman konvensional, misalnya, lesi aterosklerotik dianggap semata-mata disebabkan oleh adanya penumpukan kolesterol, karena itu penatalaksanaannya diutamakan pada upaya mengatasi gangguan kolesterol tersebut. Hal ini berbeda dengan pemahaman saat ini yang mempertimbangkan bahwa lesi aterosklerotik bukan hanya disebabkan oleh adanya kelainan kolesterol tetapi juga dipicu oleh faktor-faktor lain termasuk proses immunologis dan inflamasi. Anggapan konvensional yang lain bahwa plaque disruption merupakan penyebab utama terjadinya critical stenosis pada CAD. Saat ini ditunjukkan bahwa selain karena adanya kondisi solid state dari plaque disruption yang menimbukan acute coronary syndromes (ACS), terdapat faktor-faktor yang juga berperanan bagi terjadinya ACS antara lain fluid phase. Terjadinya perubahan dalam sistem koagulasi darah, termasuk gangguan keseimbangan mediator protrombotik dan antifibrinolitik, merupakan fenomena fluid phase yang ternyata juga berperanan penting bagi terjadinya proses aterosklerotik. Terdapat perubahan yang mendasar menyangkut pandangan terkini CAD menyebabkan lahirnya konsep-konsep baru dalam pendekatannya. Para ahli saat ini, misalnya, mulai merekomendasikan bahwa selain penatalaksanaan lokal terhadap culprit lesion pada CAD, perlu dilakukan upaya menstabilkan faktor-faktor lain yang berperanan bagi plaque disruption, termasuk menstabilkan fluid phase dan proses inflamasi. (Libby,2005).
Naskah lengkap disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar