Yusra Pintaningrum1, Ari Baskoro2, Agung Pranoto3
1. Yusra Pintaningrum, PPDS Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, tugas di Ilmu Penyakit Dalam, FK UNAIR-RSU Dr. Soetomo
2. Ari Baskoro, Divisi Alergi dan Imunologi, Ilmu Penyakit Dalam, FK UNAIR-RSU Dr. Soetomo
3. Agung Pranoto, Divisi Endokrin dan Metabolik, Ilmu Penyakit Dalam, FK UNAIR-RSU Dr. Soetomo
Sindroma Stevens-Johnson atau Stevens-Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) merupakan reaksi mukokutaneus akut yang berat, disertai dengan gejala sistemik, yang terjadi pada pasien dengan kegagalan respon imun. Mockenhaupt mengatakan bahwa SJS dan TEN merupakan reaksi berat pada kutaneus yang tidak dikehendaki dari suatu obat (Severe Cutaneous Adverse Reactions/SCAR). Suatu studi di Jerman barat melaporkan insiden SJS dan TEN 0,93 dan 1,1 kasus perjuta populasi pertahun. SJS dan TEN dapat terjadi pada semua ras. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa wanita lebih banyak dari pria, dengan rasio pria dibanding wanita berkisar antara 0,5-0,7 (Mockenhaupt,1998; Klein, 2006).
SJS dan TEN rentan terjadi pada pasien diabetes mellitus (DM), terutama dikaitkan dengan beberapa obat yang dikonsumsi. Dalam suatu studi prospektif di Prancis pada tahun 2001, risiko erupsi obat dapat terjadi pada pasien yang mengalami imunodefisiensi. Diantara insiden tersebut, DM menempati porsi 10%, setelah infeksi HIV, hepatitis autoimun, dan penyakit jaringan ikat (Albala, 2003). Untuk itu, setiap klinisi sebaiknya memikirkan kemungkinan terjadinya SJS, khususnya pada pasien DM.
1. Yusra Pintaningrum, PPDS Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, tugas di Ilmu Penyakit Dalam, FK UNAIR-RSU Dr. Soetomo
2. Ari Baskoro, Divisi Alergi dan Imunologi, Ilmu Penyakit Dalam, FK UNAIR-RSU Dr. Soetomo
3. Agung Pranoto, Divisi Endokrin dan Metabolik, Ilmu Penyakit Dalam, FK UNAIR-RSU Dr. Soetomo
Sindroma Stevens-Johnson atau Stevens-Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) merupakan reaksi mukokutaneus akut yang berat, disertai dengan gejala sistemik, yang terjadi pada pasien dengan kegagalan respon imun. Mockenhaupt mengatakan bahwa SJS dan TEN merupakan reaksi berat pada kutaneus yang tidak dikehendaki dari suatu obat (Severe Cutaneous Adverse Reactions/SCAR). Suatu studi di Jerman barat melaporkan insiden SJS dan TEN 0,93 dan 1,1 kasus perjuta populasi pertahun. SJS dan TEN dapat terjadi pada semua ras. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa wanita lebih banyak dari pria, dengan rasio pria dibanding wanita berkisar antara 0,5-0,7 (Mockenhaupt,1998; Klein, 2006).
SJS dan TEN rentan terjadi pada pasien diabetes mellitus (DM), terutama dikaitkan dengan beberapa obat yang dikonsumsi. Dalam suatu studi prospektif di Prancis pada tahun 2001, risiko erupsi obat dapat terjadi pada pasien yang mengalami imunodefisiensi. Diantara insiden tersebut, DM menempati porsi 10%, setelah infeksi HIV, hepatitis autoimun, dan penyakit jaringan ikat (Albala, 2003). Untuk itu, setiap klinisi sebaiknya memikirkan kemungkinan terjadinya SJS, khususnya pada pasien DM.
Naskah lengkap disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar