Obat-obatan dapat menyebabkan efek samping yang buruk dimana salah satunya adalah drug-induced cardiac toxicity. Pada tahun 1961-1992 di Prancis, Jerman, the United Kingdom, dan the United States telah ditarik kembali penggunaan 131 produk obat karena menyebabkan toksisitas, dimana 10 dari 131 produk obat tersebut menyebabkan toksisitas kardiovaskular, termasuk kardiomiopati.1
Kardiomiopati adalah kelompok penyakit yang pada awalnya mempengaruhi muskulus jantung dan bukan akibat dari kelainan kongenital, acquired valvular, hipertensi, arteri koroner, atau kelainan perikardial. Kardiomiopati dapat terjadi akibat adanya defek genetik, injuri pada miosit kardiak, atau infiltrasi pada jaringan miokardial, sehingga kardiomiopati terjadi akibat gangguan baik pada elemen seluler jantung khususnya miosit kardiak, maupun akibat proses eksternal seperti deposisi bahan-bahan abnormal kedalam matriks ekstraselluler.2,3
Kardiomiopati secara tradisional dibagi atas (1) dilatasi (karakteristiknya diawali oleh pembesaran ruang ventrikel dan berkurangnya performance kardiak, (2) hipertrofi (karakteristik diawali oleh penebalan, hipertrofi dinding ventrikel dan bertambahnya performance kardiak), dan (3) restriktif (karakteristiknya diawali oleh penebalan, kekakuan dinding ventrikel yang menghalangi pengisian diastolik dari ventrikel; performance sistolik kardiak biasanya normal). Klasifikasi terbaru dari kardiomiopati yang diajukan oleh An American Heart Association Scientific Statement panel, dimana dalam klasifikasi ini kardiomiopati dibagi menjadi penyebab primeir dan sekunder. Tipe primeir, terdiri dari penyakit muskulus jantung dengan keterlibatan miokardium yang lebih menonjol dan atau penyebabnya tidak diketahui; sedangkan tipe sekunder, terdiri dari penyakit miokardial dengan penyebab yang diketahui atau berhubungan dengan penyakit sistemik.
Naskah lengkap disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar