Yusra Pintaningrum, Yudi Her Oktaviono
Pemasangan stent merupakan prosedur yang sudah banyak dilakukan untuk mencegah oklusi arteri koroner. Namun, trombosis paska pemasangan stent arteri koroner terjadi pada fase subakut menjadi isu yang belum terpecahkan walaupun penggunaan anti platelet sudah mengalami perkembangan. Akhir-akhir ini, Drug Eluting Stent (DES) sering digunakan untuk terapi perkutan pada penyakit arteri koroner. Pelepasan lokal obat antiproliferatif pada penggunaan DES secara signifikan mengurangi insiden instent restenosis (ISR). Beberapa percobaan klinis acak menunjukkan bahwa hasil pemasangan DES mengurangi kejadian ISR dibanding dengan Bare Metal Stent (BMS).
Kejadian in-stent thrombosis (ST) lebih jarang dari ISR, namun angka kematian dari ST mencapai 45% dan angka kejadian infark non fatal 30-40%. Insiden ST sekitar 0,5 – 2,2 % penderita penyakit arteri koroner (PAK) yang diterapi dengan intervensi perkutan ( Percutaneous Coronary Intervention / PCI). ST pada pemasangan BMS terjadi pada kurang dari 1 % kasus dan biasanya dalam satu bulan pertama. Studi terbaru menunjukkan peningkatan resiko ST pada DES sebanyak 0,5%, terutama pada lesi kompleks.
Beberapa meta analisis awalnya tidak menunjukkan peningkatan resiko ST pada DES dibanding BMS pada 9-12 bulan. Pada meta analisis yang lebih besar, lebih dari 8000 penderita dari 2 rumah sakit pendidikan mencatat trombosis pada DES sebanyak 2,9% dengan perkiraan 1,3 per 100 penderita per tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar