Nupriyanto, Joewono Soeroso
Gout adalah penyakit yang disebabkan penimbunan kristal monosodium urat monohidrat di jaringan akibat adanya supersaturasi asam urat (Soeroso, 2007). Gout ditandai dengan peningkatan kadar urat dalam serum, serangan artritis gout akut, terbentuknya tofus, nefropati gout dan batu asam urat (Wortmann, 2008).
Gout merupakan penyebab tersering artritis dan prevalensinya semakin meningkat. Insidensnya bervariasi di beberapa populasi, berkisar mulai kurang dari 1% sampai 15,3% (Mikuls, 2006). Insidens gout pada laki-laki dan wanita meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir (Arromdee, 2002). Peningkatan ini diduga berkaitan dengan peningkatan umur harapan hidup, perubahan pola makan (daging, seafood, pemanis fruktosa dan bir) dan peningkatan penyakit penyerta yang berhubungan dengan gout, seperti penyakit ginjal kronik, gagal jantung kongestif, sindroma metabolik dan hipertensi (Terkeltaub, 2010; Weaver, 2008).
Gout jarang dijumpai pada wanita dan lebih sering pada laki-laki (Soeroso, 2007), dengan perbandingan laki-laki dan wanita 7:1 sampai 9:1 (Mahajan, 2007). Di Jawa, rasio gout pada laki-laki dibanding wanita adalah 34:1 (Darmawan, 1992). Rasio gout pada wanita makin meningkat sesuai meningkatnya umur akibat perubahan status estrogen. Gout pada wanita terjadi terutama setelah menopause. Peran estrogen dalam melindungi wanita dari hiperurisemia dan gout adalah hormon ini dapat menurunkan kadar urat serum karena mempunyai efek urikosurik ringan. Setelah menopause terjadi penurunan estrogen sehingga kadar urat meningkat menyebabkan peningkatan insidens gout (Mahajan, 2007).
Tofus adalah nodul berbentuk padat yang terdiri dari deposit kristal asam urat yang keras, tidak nyeri dan terdapat pada sendi atau jaringan (Terkeltaub, 2010). Tofus merupakan komplikasi kronis dari hiperurisemia akibat kemampuan eliminasi urat tidak secepat produksinya. Tofus dapat muncul di banyak tempat, diantaranya kartilago, membrana sinovial, tendon, jaringan lunak dan lain-lain (Wortman, 2008).
Prevalensinya pada wanita yang lebih sedikit daripada laki-laki dan gambaran klinis serta faktor komorbid gout pada wanita yang sedikit berbeda dibandingkan laki-laki (Mahajan, 2007) menyebabkan sering terjadi misdiagnosis gout dan/atau terjadi keterlambatan diagnosis pada perempuan (McClory, 2009).
Berikut akan dilaporkan kasus seorang wanita yang didiagnosis artritis gout dengan tofus multipel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar