21 Agustus 2011
Kardiomiopati pada Sirosis Hepatis
Peningkatan curah jantung pertama kali dideskripsikan pada penderita sirosis sekitar 50 tahun yang lalu. Ditemukan adanya hipertrofi otot jantung dan edema sel otot jantung tanpa adanya penyakit jantung koroner, hipertensi maupun penyakit katup pada otopsi penderita dengan sirosis. Studi-studi yang kemudian menemukan adanya disfungsi jantung yang laten berupa menurunnya kontraktilitas otot jantung di mana terdapat disfungsi sistolik, disfungsi diastolik dan abnormalitas elektrofisiologis. Berbagai studi eksperimental menunjukkan bahwa adanya penurunan jumlah reseptor β, perubahan membran plasma, peningkatan produksi NO(Nitric Oxide) dan aktivasi reseptor kanabinoid menjadi mekanisme patofisiologis yang mendasari terjadinya kardiomiopati pada sirosis. Disfungsi otot jantung tersebut dapat mempengaruhi prognosis dan memperberat perjalanan prosedur invasif seperti pembedahan, insersi TIPS (TransjugularIntraPeritonealShunt) dan transplantasi hati.
Naskah legkap disini
18 Agustus 2011
Management of pregnant women with prosthetic heart valves
The choice of anticoagulant agent for pregnant women with mechanical prosthetic heart valves introduces a clinical dilemma for women and the clinicians caring for them. Options include continuing oral anticoagulants (OAC) such as warfarin throughout pregnancy, switching from warfarin to unfractionated heparin or low molecular weight heparin (LMWH) in the first trimester then back to warfarin until close to delivery or taking unfractionated heparin or LMWH throughout pregnancy. The dilemma is that warfarin is the most effective a preventing maternal thromboembolic complications but causes significant fetal morbidity and mortality; unfractionated heparin and in particular LMWH have good fetal outcomes but the risk of thromboembolic complications is high. We reported management anticoagulant for a pregnant woman with mechanical mitral valve prosthetic.
Naskah lengkap disini
17 Agustus 2011
GANGGUAN DURASI TIDUR DAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR
Sanggap Indra Sitompul, Iswanto Pratanu
Kehilangan waktu tidur merupakan cermin perubahan gaya hidup pada masyarakat modern (Eguchi K et al, 2008), dengan bukti yang menunjukkan bahwa waktu tidur kita rata-rata hanya 6.9 jam setiap malam pada hari kerja (National Sleep Foundation, 2011), dan terjadi pengurangan waktu tidur antara 1.3 sampai 1.5 jam dibandingkan beberapa tahun sebelumnya (Bonnet MH, Arand DL, 1995). Fakta lain menyebutkan durasi tidur yang tidak adekuat ini meningkat pada hari kerja (42 persen) dan berkurang menjadi setengahnya pada saat hari libur (National Sleep Foundation, 2011).
Durasi tidur yang adekuat merupakan hal penting karena tidur yang terpotong (fragmentasi) maupun kehilangan waktu tidur berkaitan dengan berbagai gangguan kesehatan dan dapat mengurangi kualitas hidup (Groeger JA et al, 2004; Eguchi K et al, 2008). Bahkan resiko penyakit kardiovaskular dapat meningkat 4.4 kali pada orang-orang berdurasi tidur pendek yang tidak mengalami penurunan tekanan darah sistole di malam hari (Eguchi K et al, 2008).
Selain gangguan durasi tidur pendek terdapat juga durasi tidur panjang, keduanya dapat meningkatkan insiden diabetes (Yaggi et al, 2006), hipertensi (Gangswich et al, 2006), obesitas, dan penyakit jantung koroner, yang mana mekanisme hubungan ini tidak sepenuhnya dipahami (Cappuccio FP et al, 2011).
Durasi tidur 8 jam umumnya diterima sebagai waktu untuk tidur malam yang baik dan menyehatkan (Journal Watch, 2009). Kondisi di negara barat, seperti di Inggris dan Amerika menunjukkan bahwa tidur pendek berhubungan dengan status tidak menikah, berat badan berlebih, kondisi kesehatan yang tidak baik, sedangkan waktu tidur panjang menggambarkan kejadian morbiditas (Stranges S et al, 2008), penelitian di Asia seperti di Singapura kondisi tidur pendek dan panjang berhubungan antara lain dengan usia lebih tua, perokok, peminum alkohol, dan Index Massa Tubuh (IMT) yang tinggi, makanan rendah buah dan sayur (Shankar A et al, 2008).
Mengingat besarnya peranan durasi tidur terhadap perkembangan penyakit kardiovaskular maka berikut ini kami akan menjelaskan fisiologi tidur, mekanisme dan bukti hubungannya dengan penyakit kardiovaskular yang berdasarkan pada berbagai literatur.
Naskah lengkap disini
CORONARY STENT Past, Present and Future
Gusti Rifansyah, R. Mohammad Yogiarto
Setelah abad ke 20, sebagian besar negara-negara di dunia mengalami pergeseran struktur sosial, ekonomi, politik, pendidikan serta lingkungan. Hal ini berakibat pada terjadinya perubahan pola masyarakat yang pada awalnya berupa masyarakat terpencil dan agraris menjadi masyarakat urban dan industri.
Transisi sosial dan ekonomi ini lebih lanjut berdampak pada terjadinya perubahan demografi masyarakat, struktur industri, tingkat pendapatan, pola pembelanjaan, tingkat pendidikan, struktur keluarga, pola makan, serta aktifitas fisik. Perubahan-perubahan ini telah meningkatkan secara bermakna faktor-faktor risiko serta angka kesakitan akibat Penyakit Kardiovaskuler (PKV)
Di tahun 2000, sekitar 16,6 juta atau 1/3 dari total kasus kematian di seluruh dunia disebabkan oleh karena PKV dimana Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke merupakan penyumbang terbesar (7,2 juta dan 5,5 juta) dan 3,9 juta jiwa diakibatkan oleh hipertensi dan penyakit jantung lainnya. Sekitar 28% kasus kematian pada laki-laki dan 34% kasus kematian pada wanita berkaitan dengan pula dengan PKV. Perkiraan 10 penyebab utama kematian pada tahun 2020 dapat dilihat dari tabel 1
Naskah lengkap disini