Bioterorisme adalah penyebaran senjata biologis, yaitu virus, bakteri atau toksin, secara disengaja dengan tujuan membunuh, melukai atau melumpuhkan musuh. Pada kenyataannya bioterorisme tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga hewan dan tanaman.
Penggunaan bibit penyakit sebagai senjata biologis telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Pada abad ke-14 pasukan Tartar melontarkan mayat korban penyakit pes ke benteng musuh. Tahun 1763 Inggris menggunakan selimut yang telah terkontaminasi cacar untuk menginfeksi penduduk Indian. Saat Perang Dunia I kuman antraks dan glander digunakan Jerman untuk menyerang hewan ternak Sekutu. Pada Perang Dunia II Jepang mengembangkan program pembuatan senjata biologi di China yang meneliti berbagai agen biologi yang berpotensi sebagai senjata. Serangan bioterorisme pertama di Amerika Serikat terjadi pada tahun 1983 saat pengikut Rajneeshee menggunakan bakteri Salmonella yang kemudian menginfeksi 751 orang di Oregon. Pada 1993 kelompok Aum Shinrikyo menyebarkan antraks di Tokyo, tidak ada korban meninggal. Serangan bioterorisme yang terakhir adalah kiriman amplop yang mengandung spora antraks lewat pos pada tahun 2001, akibatnya sebanyak 22 orang dilaporkan terinfeksi dan 5 diantaranya meninggal.
Protokol Genewa pada tahun 1925 telah melarang penggunaan senjata biologis tetapi penelitian dan pembuatannya setelah itu tidak berkurang. Pada tahun 1972 sebanyak 140 negara menandatangani Konvensi Senjata Biologis yang melarang penelitian, pembuatan dan penyimpanan senjata biologis, karena dapat membunuh jutaan manusia dan menghancurkan sektor ekonomi dan sosial. Meskipun demikian, diperkirakan masih ada 17 negara masih membuatnya. Beberapa peristiwa serangan bioterorisme oleh kelompok teroris dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa bioterorisme masih merupakan ancaman semua negara sehingga harus dilakukan persiapan untuk mencegahnya.
Penyakit infeksi yang diakibatkan bioterorisme dapat menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang besar, kepanikan masal dan kekacauan sosial. Serangan bioterorisme juga menyebabkan kerugian materi yang besar, akibat lumpuhnya ekonomi karena kepanikan masyarakat, biaya vaksin atau obat-obatan profilaksis yang harus diberikan dan proses dekontaminasi yang harus dilakukan.
Serangan bioterorisme mungkin tidak disadari sampai timbul korban dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena penyebarannya yang dilakukan secara diam-diam, adanya tenggang waktu antara paparan dengan munculnya gejala penyakit, dan sebagian besar dokter/paramedis tidak pernah menjumpai kasus penyakit antraks, pes, cacar dan penyakit lain akibat serangan bioterorisme serta adanya kesulitan dalam pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang macam-macam bioterorisme, bagaimana mengenalinya, penanganan serta langkah-langkah pencegahannya yang dapat dilakukan.
Naskah selengkapnya disini
3 komentar:
wow,, menarik mas artikelnya! bisa dimasukkan di koran tuhh.. keren:)
padahal TK ini sebenarnya out of topic... :)
nuansa baru mas:)
Posting Komentar