Samsuri, RP. Soeharsohadi
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) mendefinisikan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) sebagai penyakit yang dapat diobati dan dicegah dengan beberapa efek ekstra pulmonal yang memberi kontribusi keparahan penyakit. Perkembangan baru berpendapat bahwa PPOK lebih dari sekedar penyakit paru semata, ada bukti bahwa PPOK merupakan penyakit sistemik dengan berbagai efek pada organ termasuk sistem kardiovaskuler. Relevansi klinis menunjukan bahwa penyebab utama rawat inap dan mortalitas PPOK adalah kardiovaskuler. Beberapa kelainan kardiovaskuler yang terkait dengan PPOK adalah hipertensi pulmonal sekunder, penyakit jantung iskemik, kor pulmonale dan aritmia.
Aritmia supra-ventrikuler dan ventrikuler sering terjadi pada penderita PPOK. Insiden yang dilaporkan sangat bervariasi karena perbedaan populasi penelitian (misalnya, penderita PPOK stabil atau PPOK eksaserbasi akut), ada atau tidaknya kegagalan ventrikel atau penyakit jantung yang mendasari, metode yang digunakan untuk merekam aritmia (elektrokardiogram tunggal atau EKG yang mencatat 24 jam terus menerus), dan obat-obatan yang digunakan dalam managemen terapinya, misal teofilin, digoksin atau agonis beta-adrenergik.
Menurut Buch dkk, aritmia ditemukan sebesar 84% pada penderita PPOK stabil yang rawat jalan, 72% dengan aritmia ventrikuler dan 52% dengan aritmia supra-ventrikuler.4 Fuso dkk mengevaluasi 590 penderita PPOK eksaserbasi akut, mendapatkan bahwa fibrilasi atrium dan aritmia ventrikel merupakan prediktor independen terjadinya kematian, selain usia penderita dan perbedaan tekanan O2 di alveoli dan arteri (AaDO2).
Pembahasan pada makalah ini akan dititikberatkan pada faktor-faktor yang dapat mencetuskan terjadinya aritmia pada penderita PPOK dan penatalaksanaannya.
Naskah selengkapnya disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar